Sabtu, 23 November 2019 15:01

Putranya Disiksa hingga Tewas, Pasutri Ini Berambisi Tutup Aset Bisnis Gelap Korea Utara

Alief Sappewali
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Otto (tengah) semasa hidup.
Otto (tengah) semasa hidup.

Kemarahan Fred dan Cindy Warmbier belum berakhir. Orang tua Otto, korban pembunuhan di Korea Utara, ini menuntut pertanggungjawaban.

RAKYATKU.COM - Kemarahan Fred dan Cindy Warmbier belum berakhir. Orang tua Otto, korban pembunuhan di Korea Utara, ini menuntut pertanggungjawaban.

Otto meninggal dunia setelah dibebaskan dari Korea Utara dalam keadaan koma pada tahun 2017.

Keduanya menyatakan berkomitmen untuk mencari dan menutup aset-aset bisnis gelap Korea Utara di seluruh dunia. Itu upaya membuat pemerintah negara itu bertanggung jawab atas pelanggaran HAM meluas yang dilakukannya.

Dalam konferensi pers di Seoul, Jumat (22/11/2019), Fred dan Cindy Warmbier juga meminta pemerintahan Presiden Donald Trump agar mengangkat masalah HAM Korea Utara sewaktu Amerika terlibat dalam perundingan untuk meredam ancaman nuklir Pyongyang.

"Misi saya adalah menuntut pertanggungjawaban Korea Utara, untuk memulihkan dan menemukan aset-aset mereka di seluruh dunia," ujar Fred Warmbier, yang diundang ke sebuah forum yang diselenggarakan sebuah kelompok berbasis di Seoul.

Kelompok itu mewakili keluarga-keluarga Korea Selatan yang diculik oleh Korea Utara semasa Perang Korea tahun 1950-1953.

Pasangan Warmbier, yang tinggal di pinggiran kota Cincinnati, Ohio, telah mengklaim bahwa putera mereka, Otto, dianiaya oleh Korea Utara setelah pada tahun 2016 divonis bersalah berusaha mencuri poster propaganda dan kemudian dipenjarakan selama berbulan-bulan.

Mahasiswa berusia 22 tahun itu mengalami kerusakan otak yang parah dan meninggal tidak lama setelah dipulangkan ke AS dalam kondisi vegetatif pada Juni 2017.

Korea Utara membantah telah menyiksa atau memperlakukan mahasiswa University of Virginia itu dengan kejam dan menyebut Korea Utara justru “korban terbesar” kematian Otto sambil menuduh Washington dan Seoul merencanakan kampanye untuk mendiskreditkannya. (Sumber: VOA)