RAKYATKU.COM - KPU Makassar jadi lokasi studi banding favorit. Kemenangan kotak kosong yang fenomenal pada Pilwalkot 2018, salah satu pemicunya.
Pilwalkot Makassar satu-satunya yang dimenangkan kotak kosong. Saat itu, pasangan calon tunggal Munafri Arifuddin-drg Andi Rachmatika Dewi gagal meraih 50 persen plus 1 suara.
Sudah begitu, pilkada yang diprediksi panas, justru adem-adem saja. Riak-riak yang muncul skalanya sangat kecil. Apalagi proses pemungutan suara berlangsung transparan.
Fenomena ini yang mengundang penasaran KPU dari berbagai daerah. Bukan tidak mungkin, kasus serupa akan terjadi di wilayah mereka tahun depan.
Tidak heran, 14 KPU daerah antre untuk berguru ke Makassar. KPU ke-14 yang datang yakni KPU Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat. Mereka datang Kamis (21/11/2019).
Sehari sebelumnya, datang komisioner KPU Kabupaten Kutai Timur dan KPU Kabupaten Labuhan Batu.
Kunjungan KPU Sijunjung ini dalam rangka studi banding dan sharing gagasan. Juga berdiskusi progres persiapan pelaksanaan pilkada serentak yang puncaknya digelar 23 September 2020.
Rombongan KPU Kabupaten Sijunjung diterima tiga komisioner KPU Makassar, yakni Endang Sari, Romi Harminto, dan Abdul Rahman.
Romi menjelaskan secara terperinci manfaat dan pengelolaan e-Coklit, aplikasi pendukung Pilwalkot 2020 yang telah di-launching Jumat (8/11/2019) lalu.
"E-Coklit akan memudahkan segala prosedur penunjang PPS dan PPK untuk melengkapi data pemilih yang berjumlah satu juta lebih di Kota Makassar," ungkap Romi.
Sementara itu, Endang Sari menjelaskan tentang peningkatan partisipasi pemilih. Pada Pilwalkot 2018 hanya 58,98 persen, naik menjadi 75,04 persen pada Pemilu 2019. Dia juga membeberkan strategi hingga bisa naik 15 persen itu.
"Tugas berat masih menanti. Kita menargetkan angka partisipasi di Pilwali 2020 naik menjadi 77,5 persen. Mengikuti target angka partisipasi nasional. Masih butuh peningkatan jumlah kurang lebih 25 ribu pemilih ke TPS menggunakan hak pilihnya," ujar komisioner berlatar belakang dosen itu.