Selasa, 15 Oktober 2019 08:45

Pedofil yang Menyamar Misionaris Kristen Ini Tewas Ditikam di Dalam Penjara

Mays
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Richard Huckle
Richard Huckle

Richard Huckle (33), telah melakukan pelecehan seksual terhadap lebih dari 200 anak. Senin dini hari, 14 Oktober 2019, dia ditikam hingga tewas di selnya di Penjara Full Sutton di York. 

RAKYATKU.COM, MALAYSIA - Richard Huckle (33), telah melakukan pelecehan seksual terhadap lebih dari 200 anak. Senin dini hari, 14 Oktober 2019, dia ditikam hingga tewas di selnya di Penjara Full Sutton di York. 

Seperti dilansir dari BBC, polisi telah menemukan lebih dari 20.000 gambar dan video cabul tentang korbannya, yang membuatnya dijatuhi hukuman seumur hidup di penjara. Dia dikenai 71 tuduhan pelecehan seksual terhadap anak-anak berusia 6 bulan hingga 12 tahun, dari tahun 2006 hingga 2014. Dia diyakini telah melecehkan lebih dari 200 anak-anak terutama dari komunitas miskin di seluruh dunia.

Dia mengakui semua tuduhannya.

Menurut BBC, ia bahkan menulis manual pedofil 60 halaman, yang oleh hakim dalam kasusnya digambarkan sebagai 'dokumen yang benar-benar jahat'. Dia membual tentang eksploitasinya secara daring, setelah menulis, “Anak-anak yang miskin jelas jauh lebih mudah dirayu daripada di anak-anak kelas menengah di Barat."

Huckle ditangkap pada tahun 2014, setelah para perwira di Satuan Tugas Argos Australia memperingatkan pemerintah Inggris, tentang rencana Huckle untuk kembali ke Inggris untuk liburan Natal. 

Dia awalnya didakwa dengan 91 tuduhan pelecehan terhadap 23 anak-anak dari komunitas Kristen miskin di Kuala Lumpur, yang dia rawat saat menyamar sebagai misionaris Kristen.

"Dia secara khusus terkenal karena kegemarannya dalam melecehkan bayi dan balita," menurut juru bicara National Society for Prevention of Cruelty to Children.

"Aku akan mendapatkan jackpot, seorang gadis 3 tahun yang setia padaku seperti anjingku dan sepertinya tidak ada yang peduli."

Huckle, awalnya menghabiskan satu tahun di Malaysia selama istirahat studi dari 2005 hingga 2006, berpose sebagai guru, fotografer dan orang Kristen yang taat. 

Dia secara teratur kembali untuk membantu dengan gereja-gereja lokal dan komunitas lokal, sebelum memutuskan untuk pindah secara permanen ke Malaysia pada 2010.

Selain Malaysia, ia melakukan perjalanan melintasi Asia Tenggara, berhenti di Singapura, Laos dan India.