RAKYATKU.COM, PAPUA - Pimpinan separatis OPM di Nduga, Egianus Kogeya, membantah dirinya berada di balik pembantaian di Wamena. Menurutnya, aksi itu dilakukan anak sekolah.
"Ada pihak-pihak tertentu, yang memanfaatkan situasi untuk kepentingan pribadinya," ujar Egianus dalam laporan yang dirilis timnya di Fanpage Facebook TPNPBNews.
Menurut Egianus, Wamena adalah tanah kelahirannya. Di situ juga ada kebunnya. Namun, dia tak pernah melakukan pembantaian di sana.
"Saya panglima Kodap III Ndugama. Saya dan pasukan saya belum pernah keluar dari Ndugama," tegasnya.
Menurutnya, ada laporan intelejen Kodim Wamena dan Polres Jayawijaya, yang mendapat informasi dari warga Wamena. Dalam laporan pada 8 Oktober 2019 itu, Egianus Kogeya dan Rambo Lokbere, disinyalir sedang mengatur strategi perang di Wamena.
"Itu laporan intelejen yang diskriminatif dan paling kuno, membuat laporan palsu tanpa bukti," tegasnya lagi.
Laporan intelijen ini kata Egianus, dibawa warga yang namanya KW. Menurutnya, oknum mata-mata ini sedang menipu TNI dengan laporan palsu, demi mencari makan di Kodim, hingga batalion dan Polres Jayawijaya terjebak dalam penipuan laporan palsu tertsebut.
Di dalam laporan itu, Egianus Kogeya dilaporkan sedang masuk dari wilayah Lani Jaya dan Rambo Lokbere sedang mengatur komunikasi.
"Wilayah Wamena adalah kekuasaan Kodap II Baliem. Jika dari Kodap III tidak mungkin kami ambil alih Wamena," tutur Egianus.
"Kami tahu Pemerintah Indonesia sedang mencari celah terkait kerusuhan di Papua dan khususnya di Wamena, untuk menkriminalisasi perjuangan perang TPNPB di Ndugama," tambahnya.
Kasus Wamena lanjut Egianus, adalah murni aksi sipil yang dibuat oleh anak sekolah. "Tidak ada campur baur dengan Perang Ndugama," paparnya lagi.
Dia pun mengancam seluruh kepala kampung, kepala suku khususnya di Wilayah Wamena dari Kurima sampai Piramid Rageyam, untuk menyetop jadi pengkhianat bangsa.
"Operasi militer yang terjadi di Tailarek adalah hasil usaha kerja keras KW, jika masyarakat jadi korban. Daerah lain di Wamena, jangan jadi Yudas di atas tanah kelahiranmu sendiri," ungkapnya.
"Karena TNI/Polri sudah mengundang saya secara resmi, maka saya akan pindakan api dari Ndugama itu ke Wamena," ancamnya lagi.
Dia juga mengingatkan bahwa Wamena adalah kampung halamannya, juga ada kebunnya. Sehingga dia berharap warga sipil Papua tidak boleh takut kepadanya dan tidak melaporkan kepada aparat.
"Apabila ada oknum masyarakat kampung yang jadi mata-mata TNI/Polri, oknum tersebut adalah musuh utama saya," ujarnya.
Dia berharap semua pihak tetap menahan diri dan memelihara rahasia, karena Papua tetap Papua.
"Tidak mungkin orang Papua Pro NKRI ke Jakarta, karena kita adalah makhluk monyet, maka tidak pantas hidup dengan manusia," ungkapnya lagi.
"Saya sebagai Panglima Kodap III Ndugama, berharap semua masyarakat pengunungan yang tinggal di Wamena sadar diri, bahwa
Papua Merdeka bukan milik orang Ndugama saja, melainkan milik Sorong sampai Samarai. Jadi tetap tenang dan setop jadi agen Merah Putih," pungkasnya.