RAKYATKU.COM,PAREPARE - Prosesi mappettu ada atau lamaran anak sulung Wali Kota Parepare, Taufan Pawe berlangsung sakral, Minggu (1/9/2019).
Selain bertepatan tahun baru Hijriah, 1 Muharram 1441, juga dilakukan dalam tradisi Bugis yang dipadukan dengan syariat Islam.
Putri pasangan HM Taufan Pawe dan Hj Erna Rasyid Taufan itu bernama dr Eta Lestari Taufan. Sementara calon mempelai pria asal Wajo bernama Edwin.
Keluarga Edwin dan rombongan datang dengan diiringi barisan ana’ dara (gadis) na kallolo (pemuda). Mereka mengenakan pakaian adat Bugis. Berjejer mulai dari gerbang rumah jabatan hingga memasuki ruang tamu yang telah didekorasi dengan aksesori khas Bugis pula.
Sebelum disambut ucapan selamat datang dari H Iwan Asaad, sekretaris daerah Kota Parepare, rombongan calon mempelai pria disambut tari padduppa, tari tradisional sebagai bentuk penghormatan kepada tamu.
Rombongan yang berjumlah ratusan dengan mengendarai puluhan mobil iring-iringan ini juga disuguhkan sejumlah kue tradisional.
Prosesi mappettuada adalah ajang pengambilan keputusan tentang mahar atau sompa, hari pelaksanaan akad dan resepsi (tanrang esso), serta kesepakatan lain yang dianggap perlu.
Empat orang duta atau perwakilan keluarga calon mempelai laki-laki dan empat duta keluarga calon mempelai wanita berunding.
Empat duta keluarga HM Taufan Pawe dan Hj Erna Rasyid Taufan, yakni H Pangerang Rahim (Wakil wali kota Parepare), H Iskandar Ali (Pembina Ponpes DDI), Prof Dr Siri Dangnga’ (Rektor Universitas Muhammadiyah Parepare), dan Hj Andi Nurhatina (Tokoh Masyarakat/anggota DPRD Parepare terpilih).
Sebelum perundingan dilakukan, perwakilan keluarga calon mempelai pria mengajukan maksud kedatangan dengan menggunakan bahasa daerah Bugis, fasih.
Pernyataan lamaran pria asal Kabupaten Wajo itu diterima duta keluarga HM Taufan Pawe, Iskandar Ali dilanjutkan Hj Andi Nurhatina. Mereka berbicara dalam bahasa daerah Bugis.
Kedua pihak akhirnya menyepakati mahar 88 riyal, seperangkat alat salat, dan satu setel emas bertakhta berlian.
Mahar 88 riyal Saudi itu sendiri merupakan tradisi dalam Islam. Jumlah ini disebut-sebut menjadi tradisi para raja di Arab Saudi.
“Kami menyelenggarakan prosesi atau tahapan pernikahan anak kami, termasuk prosesi lamaran dengan mengacu pada tradisi Islam, dan tentu juga tetap melestarikan adat dan tradisi pernikahan Bugis, sebagai bentuk pelestarian budaya lokal,” ujar Erna Rasyid yang juga dikenal daiah atau mubaligah.
Nilai mahar ini sejalan dengan filosofi angka 8 bagi masyarakat Bugis. Budayawan, H Minhajuddin Achmad mengatakan, angka 8 bermakna "makkalu" atau melilit/melingkar dan tidak pernah putus.
"Kita berharap agar anakda Eta dan Edwin selalu bersama dan tidak pernah putus seperti simbol angka delapan," ujar Minhajuddin, yang ikut dalam prosesi mappettuada.
Selain mahar, juga ditetapkan jadwal akad nikah, yakni 27 Oktober 2019 pukul 10.30 wita di rumah jabatan wali kota Parepare.
"Naseng Ogi’e wekke dua mattuju (dua kali terwujud), yakni mattuju lino na mattuju ahera’ (mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat),” papar Min, sapaan legislator Partai Golkar ini.
Sementara resepsi pernikahan akan digelar pada 1 November 2019, pukul 19.00 di Upperhills, Jalan Metro Tanjung Bunga, Makassar.
Pada akad nikah, calon pengantin akan mengenakan pakaian adat Bugis berwarna hijau datu. Lalu, pada resepsi mengenakan pakaian adat Bugis modifikasi cream gold kombinasi maroon.