Senin, 19 Agustus 2019 09:20

PM Malaysia Sebut Zakir Naik Melewati Batas karena Bicara Soal Politik

Andi Chaerul Fadli
Konten Redaksi Rakyatku.Com
FOTO: The Star
FOTO: The Star

Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad menilai penceramah kondang Zakir Naik melampaui batas ketika ia menyentuh politik rasial dan di Malaysia.

RAKYATKU.COM - Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad menilai penceramah kondang Zakir Naik melampaui batas ketika ia menyentuh politik rasial dan di Malaysia.

Mahathir mengatakan, dia tidak yakin siapa yang telah memberikan penceramah kelahiran India itu status tinggal permanen Malaysia. Tetapi terlepas dari itu, mereka yang memegang status itu tidak dapat berpartisipasi dalam politik.

Zakir diberikan izin tinggal permanen oleh mantan pemerintahan Barisan Nasional.

"Guru agama dapat berkhotbah, tetapi dia tidak melakukan itu. Dia berbicara tentang mengirim orang Cina kembali ke Cina dan India kembali ke India. Itu politik," kata Mahathir pada konferensi pers, dikutip dari Asia One, Senin (19/8/2019).

Dilaporkan baru-baru ini bahwa Penang, Perlis, Kedah, dan Sarawak telah melarang Zakir berbicara di depan umum di negara bagian mereka.

Mahathir mengatakan pemerintah berhati-hati tentang cara mengatakan hal-hal yang peka terhadap berbagai komunitas di negara itu.

"Aku belum pernah mengatakan hal semacam ini. Tapi dia menyuruh orang China untuk kembali.

"Jika Anda ingin berbicara tentang agama, silakan, maka itu dibolehkan. Kami tidak ingin menghentikannya dari itu. Tetapi sangat jelas ia ingin berpartisipasi dalam politik rasial di Malaysia. Sekarang, ia membangkitkan ras perasaan. Itu buruk," kata Mahathir.

Karena itu, kata Mahathir, polisi harus menyelidiki apakah Zakir menyebabkan ketegangan atau tidak. Mahathir juga mengatakan aturan hukum akan dikenakan pada Zakir karena ia dituduh telah berkhotbah tentang politik rasial dan membangkitkan ketegangan rasial.

"Apa pun tindakan yang kami ambil akan sesuai dengan hukum. Pemerintah ini menghormati aturan hukum," katanya.

Dalam sebuah ceramah agama di Kota Baru, Kelantan, pada 8 Agustus, Zakir menanggapi panggilan untuk deportasinya dengan mengatakan bahwa orang Tionghoa Malaysia harus "kembali" terlebih dahulu karena mereka adalah "tamu lama" dari negara tersebut.

Sebelumnya, Dr Zakir mengatakan umat Hindu di Malaysia lebih loyal kepada Perdana Menteri India Narendra Modi daripada Dr Mahathir.