Rabu, 10 Juli 2019 09:16

Dua Orang Rohingya Ditahan di Malaysia, Dituduh Kelompok Militan

Andi Chaerul Fadli
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Dua Orang Rohingya Ditahan di Malaysia, Dituduh Kelompok Militan

Dua Orang Rohingya Ditahan di Malaysia, Dituduh Kelompok Militan

RAKYATKU.COM - Malaysia telah menahan empat orang asing, termasuk dua etnis Rohingya dari Myanmar, karena dicurigai terlibat dalam kelompok-kelompok militan, kata polisi setempat.

Malaysia adalah rumah bagi puluhan ribu Muslim Rohingya, yang telah bertahun-tahun tiba di negara Asia Tenggara dari Myanmar atau Bangladesh mencari suaka, dikutip dari Asia One, Rabu (10/7/2019).

Lebih dari 700.000 pengungsi Rohingya melarikan diri dari Myanmar barat ke Bangladesh, badan-badan PBB mengatakan, setelah gerilyawan menyerang pasukan keamanan Myanmar pada Agustus 2017, memicu tindakan keras yang dipimpin oleh tentara.

Kedua tersangka Rohingya ditahan karena memberikan dukungan kepada Pasukan Keselamatan Arakan Rohingya (ARSA), kelompok pemberontak dikatakan berada di belakang serangan 2017, Inspektur Jenderal Polisi Malaysia Abdul Hamid Bador mengatakan dalam sebuah pernyataan.

Salah satu tersangka, seorang pekerja konstruksi berusia 41 tahun, juga mengeluarkan ancaman pembunuhan terhadap Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina dalam sebuah video yang diunggah di media sosial, kata Abdul Hamid.

Tersangka lain yang ditahan termasuk warga negara Filipina berusia 54 tahun yang diduga memiliki hubungan dengan Abu Sayyaf, sebuah organisasi militan yang bersekutu dengan Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS).

Pria itu juga diduga terlibat dalam kegiatan penculikan di perairan negara bagian Sabah, selatan Filipina, kata Abdul Hamid.

Tersangka keempat adalah seorang warga negara India berusia 24 tahun yang diduga bertindak sebagai fasilitator bagi anggota senior Babbar Khalsa International (BKI), sebuah kelompok separatis Sikh.

Tersangka, pekerja pemeliharaan lift, dituduh mentransfer 7.600 ringgit (S $ 2.497) untuk mendanai kegiatan BKI di Asia Tenggara, kata Abdul Hamid.

Malaysia sangat waspada sejak orang-orang bersenjata yang bersekutu dengan ISIS melakukan serangkaian serangan di Jakarta, ibukota negara tetangga Indonesia, pada Januari 2016.

Serangan granat di sebuah bar di pinggiran ibukota Malaysia, Kuala Lumpur, pada Juni 2016 melukai delapan orang.

ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, serangan pertama di tanah Malaysia.