RAKYATKU.COM - Delapan orang tewas dalam aksi massa 21-22 Mei 2019. Beberapa di antaranya mengalami luka tembak yang mengakibatkan meninggal dunia.
Adanya korban tewas tertembak itu membuat warga mempertanyakan komitmen aparat keamanan. Sebelumnya, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyebut TNI-Polri dilarang menggunakan peluru tajam.
Namun, faktanya di lapangan, beberapa peserta aksi menderita luka tembak. Bahkan, ada yang meninggal dunia. Salah satunya Farhan Safero yang tertembus peluru pada pangkal leher.
Hari ini, Senin (27/5/2019), Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo menyebut korban yang tertembak diduga dilakukan perusuh. Bukan polisi.
Polisi menduga enam tersangka penyelundupan senjata api ilegal yang telah ditangkap merupakan kelompok yang menyebabkan sejumlah orang meninggal dunia saat rusuh 21-22 Mei 2019.
"Iya. Patut diduga kelompok-kelompok mereka yang bermain. Cuma dari kelompok teroris tetap kita masih pantau juga. Karena sudah ada 6 ya. Enam dari kelompok teroris dari hasil pemeriksaannya mereka mengaku juga akan melakukan amaliah dengan merebut senjata api. Kemudian juga akan melakukan serangan-serangan dengan menggunakan bom, seperti itu," kata Dedi kepada wartawan di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.
Dedi mengatakan tim menyita sejumlah barang bukti dari keenam tersangka tersebut. Polisi saat ini masih memburu pelaku lain yang terlibat dalam kerusuhan pada 22 Mei itu.
"Kelompok yang satu sudah disita tiga pucuk senjata. Kelompok kedua enam orang, sudah disita lima senjata api. Semuanya ada delapan senjata api yang sudah dipersiapkan. Masih ada satu DPO yang masih dikejar," ujar dia.
Terkait kerusuhan pada 22 Mei ini, Polri membentuk tim pencari fakta yang dipimpin oleh Irwasum Polri Komjen Moechgiyarto. Polri juga menggandeng sejumlah pihak untuk menggali fakta yang terkait dengan kerusuhan.
"Nanti akan bekerja sama dengan lembaga-lembaga imparsial yang bisa memberikan masukan. Demikian juga masyarakat, kalau misalnya ada fakta, ada bukti yang kuat, kemudian silakan diberikan masukan. Nanti tim pencari fakta ini akan melakukan sesuatu analisa secara komprehensif," ujarnya seperti dikutip dari Detikcom.
Sebelumnya, Dinas Kesehatan DKI menyebutkan jumlah korban luka rusuh 21-22 Mei saat ini mencapai 897 orang. Paling banyak korban mengalami luka ringan, mulai luka sobek, memar, hingga iritasi mata.
"Jumlah yang diberikan layanan kesehatan pada 21-24 Mei sebanyak 905 orang, 8 orang di antaranya meninggal," kata Kadinkes DKI Jakarta Widyastuti.
Korban paling banyak berusia 20-29 tahun, yakni 360 orang atau 40 persen dari total kasus.
Kondisi korban luka ringan berupa lecet, luka sobek, memar, iritasi mata sebanyak 578 orang, luka berat berupa patah tulang, cedera kepala, luka akibat benda tajam dan benda tumpul sebanyak 95 orang, penyakit lainnya 224 orang.
Sementara delapan orang yang meninggal dunia keseluruhannya berjenis kelamin laki-laki berusia 16 tahun sampai 31 tahun.