Minggu, 07 April 2019 14:49

"Nak, Masa Depanmu Suram," Nenek Tembak Cucu Kembarnya Lalu Coba Bunuh Diri

Mays
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Dorothy Flood, Jaden dan Jordan
Dorothy Flood, Jaden dan Jordan

Seorang nenek Arizona dituduh membunuh dua cucunya, lalu mencoba mengambil nyawanya sendiri setelah pembunuhan yang mengerikan itu.

RAKYATKU.COM, ARIZONA - Seorang nenek Arizona dituduh membunuh dua cucunya, lalu mencoba mengambil nyawanya sendiri setelah pembunuhan yang mengerikan itu.

Kamis, 4 April 2019. Dorothy Flood (55), sedang memandangi kedua cucu kembarnya, Jordan dan Jaden Webb, masing-masing 8 tahun.

Di rumahnya di Tucson, Arizona, kedua cucu kembarnya itu terlihat bercanda. Wajah Flood terlihat muram. Teringat bagaimana kedua orang tua bocah kembar itu meninggal satu persatu.

Kini sendirian, Flood harus menghidupi cucunya, dengan uang hidup yang pas-pasan.

Dia kemudian mengambil sebuah pistol, peninggalan suaminya.

"Nak, entah bagaimana masa depanmu jika kalian hidup," Flood lalu menarik pelatuk. Peluru menembus kepala kedua bocah itu satu demi satu.

Flood lalu meminum obat-obatan dengan dosis tinggi untuk bunuh diri. Namun, tetangga yang mendengar letusan, segera menghubungi layanan darurat.

Kantor Sheriff Kabupaten Pima mengatakan, paramedis dipanggil ke rumah Flood di blok 2.400 West Kessler Place pada hari Kamis, sebagai tanggapan atas panggilan untuk bantuan medis.

"Setelah tiba, mereka menemukan seorang wanita dewasa yang tidak responsif di dalam kediaman, yang ternyata adalah Flood," kata polisi.

Pihak berwenang mengatakan, Flood, wali kedua bocah itu, menunjukkan gejala overdosis yang jelas dan dibawa ke rumah sakit setempat.

Ketika para penyelidik tiba di sana, mereka menemukan kedua bocah itu tewas di kamar terpisah, ketika paramedis bekerja untuk menghidupkan kembali Flood. Mereka meninggal setelah menderita luka tembak.

Flood kemudian ditangkap Jumat, 5 April 2019, sehari setelah anak laki-laki kembar itu, Jordan dan Jaden Webb, masing-masing berusia 8 tahun, ditemukan tewas akibat tembakan di kediamannya.

Teman keluarga Chaundra McCord mengatakan, dia terkejut mengetahui kematian anak-anak lelaki itu dan mengklaim bahwa Flood diguncang oleh beberapa tragedi bertahun-tahun sebelumnya.

Dia mengatakan kepada KOLD News 13, "Reaksi pertama saya tentu saja tidak. Tidak mungkin Dorothy yang sama yang kita kenal. Di suatu tempat, sesuatu tersentak."

McCord bekerja dengan Flood selama beberapa tahun di University Medical Center. Dia mengklaim Flood memiliki ruang kantornya yang penuh dengan foto-foto cucunya. 

Setelah Flood kehilangan suaminya pada tahun 2014, McCord, juga seorang janda, mengatakan bahwa mereka dapat berbicara dan berusaha untuk sembuh bersama.

“Dia dan aku menjadi saudara perempuan janda. Kami akan saling membantu dan membicarakan semuanya. 

Ibu si kembar bunuh diri beberapa tahun kemudian dan Dorothy menjadi satu-satunya pengasuh anak-anak.

Dia menambahkan: "Anda bisa melihat ketakutan yang dia miliki tentang masa depan. Dia takut dia tidak akan bisa mengatasinya.

“Dia mencintai cucu-cucu itu dan dia mencintai keluarganya. Kami hanya berharap dia akan menjangkau. Kepada siapa pun dari kita kapan saja," ujar McCord.

Dia mengatakan, Dorothy kemudian menyerahkan pekerjaannya untuk mengabdikan dirinya kepada anak laki-laki sepenuh waktu. 

McCord mengklaim, Flood memiliki kondisi medis yang mungkin mempengaruhi otaknya.

Dia mengklaim, mungkin Flood bertindak karena putus asa, karena dia tidak bisa melihat jalan keluar lain.

Departemen Sheriff Kabupaten Pima mengatakan Flood, menghadapi dua tuduhan pembunuhan tingkat pertama. Dia ditahan tanpa ikatan di Penjara Kabupaten Pima.

Seorang tetangga, yang telah tinggal di jalan selama lebih dari 40 tahun, berbagi perincian tentang keluarga yang tinggal beberapa rumah darinya.

“Mereka menyimpan lebih banyak untuk diri mereka sendiri. Mereka akan melambai 'hai' atau 'selamat tinggal,' tetapi mereka menahan diri. 

“Melihat mereka setiap hari, mereka adalah anak-anak yang baik. Mereka tidak berbicara, tetapi mereka adalah anak-anak yang baik. Dia merawat mereka dengan sangat baik," jelasnya.

Dia mengklaim, kedua anak itu memiliki kebutuhan khusus tetapi ini belum dikonfirmasi. 

"Ini memilukan," kata Ruth Parra, yang telah tinggal di lingkungan itu selama lebih dari 50 tahun. Saya tidak pernah membayangkan anak-anak, benar-benar tidak memikirkan anak-anak."

Laurie Sauceda juga mengklaim: 'Saya sedang terburu-buru untuk sampai di sini, tetapi kemudian ketika saya melihat itu adalah anak-anak, saya sangat masygul.

"Anak-anak mengendarai sepedanya di jalan, siapa yang akan kita lewatkan sekarang?" pungkasnya.