Rabu, 03 April 2019 15:08

Indonesia Paling Doyan Pakai Aplikasi Android Berbahaya

Nur Hidayat Said
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Ilustrasi.
Ilustrasi.

Indonesia jadi negara yang paling banyak menginstal aplikasi Android berbahaya di Google Play Store. 

RAKYATKU.COM - Indonesia jadi negara yang paling banyak menginstal aplikasi Android berbahaya di Google Play Store. 

Itu terungkap dari laporan keamanan Android 2018 yang keluar Maret lalu. Pengguna Indonesia punya kecenderungan untuk menginstal aplikasi berbahaya ketimbang India, Amerika Serikat, Brazil, serta Rusia, yang masuk lima besar.

Aplikasi yang dikategorikan berbahaya ini lantaran mengandung virus trojan, spyware, bisa mengunduh malware secara diam-diam, phising, serta yang paling banyak menggunakan trik "klik penipuan". 

"Klik penipuan" adalah aktivitas di mana pengguna dibuat berkali-kali menekan tombol iklan agar pemilik situs dapat mendapatkan pendapatan dari iklan yang ditampilkan oleh perusahaan pengiklan, seperti contohnya, Google AdSense. 

Masih dari laporan yang sama, Google menyebut saat ini aplikasi yang diindikasikan berbahaya di PlayStore kurang dari 1 persen. 

Aplikasi berbahaya pada 2018 ada di angka 0,4 persen dari keseluruhan aplikasi Playstore. Jumlah ini bertambah dibanding 2017 yang ada di angka 0,2 persen. 

Berdasarkan perkiraan Sensor Tower, ada 31 juta aplikasi PHA, dari 76 miliar jumlah download aplikasi Android pada 2018. 

Meski demikian, Google mengklaim jumlah aplikasi yang berkategori PHA telah menurun sebesar 31 persen selama tahun 2017 ke 2018. 

Dilansir BGR, penambahan ini dipengaruhi akibat mereka menambahkan klasifikasi tipe aplikasi yang masuk kategori PHA. Pada 2018, aplikasi yang menggunakan trik "klik penipuan" dimasukkan pada daftar PHA. 

Sebagian besar aplikasi "klik penipuan" punya fitur yang memang diinginkan pengguna, seperti memutar musik, atau permainan video. Ternyata, selain mengklik fitur yang dipakai pengguna, di belakang layar ternyata klik tersebut turut mengaktifkan klik iklan. 

"Kebanyakan aplikasi yang kami tarik pada tahun 2018 adalah karena kode 'klik penipuan' dicantumkan ke  dalam aplikasi merupakan aplikasi senter, pemutar musik, atau permainan. Pengembang menyuntikkan kode tersebut ke dalam aplikasi yang akan digunakan setiap hari, dan terinstall untuk waktu yang lama," tulis Google dalam laporannya.