Minggu, 03 Maret 2019 05:00

Lagi Berkasus dengan Amerika Serikat, Huawei Bagi-bagi Bonus ke Karyawannya

Andi Chaerul Fadli
Konten Redaksi Rakyatku.Com
FOTO: Reuters
FOTO: Reuters

Huawei akan memberikan hadiah karyawannya berupa kenaikan 3 persen dalam bentuk dividen tunai yang bernilai miliaran dolar. Hal ini dibeberkan sumber-sumber perusahaan itu, dikutip dari The Straittime

RAKYATKU.COM - Huawei akan memberikan hadiah karyawannya berupa kenaikan 3 persen dalam bentuk dividen tunai yang bernilai miliaran dolar. Hal ini dibeberkan sumber-sumber perusahaan itu, dikutip dari The Straittimes, Minggu (3/3/2019).

Aksi itu dilakukan dengan harapan akan meningkatkan semangat kerja karyawan saat perusahaan berjuang melawan Amerika Serikat.

Pembayaran juga tampaknya menunjukkan pertumbuhan laba serta kepercayaan perusahaan dapat selamat dari tuduhan AS bahwa peralatan jaringan telekomunikasi memungkinkan spionase oleh pemerintah China, kata para analis.

Huawei Technologies Ltd mengatakan bahwa sekitar 80.000 pekerjanya memiliki hampir semua saham perusahaan.

Dividen tunai per saham untuk 2018 diperkirakan akan naik menjadi 1,05 yuan per saham dari 1,02 yuan, enam sumber karyawan-pemegang saham mengatakan kepada Reuters, mengutip pemberitahuan internal yang diturunkan selama sebulan terakhir.

Total pengembalian per saham turun 7 persen menjadi 2,61 yuan, mereka menambahkan. Itu mengikuti stock split. Juga akan ada stock split 1 hingga 1,56 untuk 2018, kata sumber itu.

"Saya puas dengan angka yang diberikan lingkungan makro," kata salah satu sumber. Seperti pemegang saham karyawan lainnya, sumber itu tidak berwenang untuk berbicara kepada media dan meminta untuk tidak diidentifikasi.

Seorang juru bicara Huawei, pembuat peralatan telekomunikasi terbesar di dunia dan produsen smartphone nomor 2, mengatakan perusahaan itu tidak secara terbuka mengungkapkan kebijakan dividennya.

Pembayaran itu terjadi di tengah krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk Huawei ketika Washington meminta pemerintah di seluruh dunia untuk berhenti menggunakan peralatannya, khususnya di jaringan 5G .