RAKYATKU.COM - Perusahaan produsen produk olahraga, Decathlon membatalkan rencananya untuk menjual jilbab sport bagi Muslimah di Perancis setelah politisi, termasuk seorang menteri, mengancam akan memboikot produk tersebut.
Kepala komunikasi Decathlon, Xavier Rivoire mengatakan kepada penyiar RTL pada hari Selasa bahwa keputusan itu diambil untuk memastikan keselamatan dan keamanan timnya.
Manajemen perusahaan sebelumnya menulis di Twitter jika telah mengalami gelombang penghinaan dan ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya atas produk tersebut. Decathlon awalnya menjawab dengan mengatakan bahwa jilbab adalah persyaratan pelari tertentu, dan karena itu mereka menanggapi persyaratan olahraga ini.
"Kami secara efektif mengambil keputusan untuk tidak menjual produk ini di Prancis untuk saat ini," kata Rivoire, dikutip dari Al Jazeera, Kamis (28/2/2019).
Decathlon sudah menjual hijab sport untuk pelari di Maroko dan telah merencanakan untuk memperkenalkan garmen itu ke Perancis dalam beberapa minggu mendatang. "Kegemaran produk [di Maroko] membuat kami bertanya apakah akan membuatnya tersedia di negara lain juga, kata Rivoire.
Angelique Thibault, yang menciptakan pakaian untuk merek lari Kalenji Decathlon, mengatakan dia "termotivasi oleh keinginan bahwa setiap wanita harus bisa berlari di setiap lingkungan, setiap kota, setiap negara ... terlepas dari budayanya".
Laporan bahwa Decathlon akan memperkenalkan jilbab olahraga ke Prancis telah membangkitkan kemarahan publik. Meski tak dilarang oleh hukum setempat, juru bicara partai Presiden Emmanuel Macron 's Republic on the Move (LREM), Aurore Berge mengatakan bahwa emansipasi olahraga, itu tidak menekan.
"Mereka yang mentolerir wanita di ruang publik hanya ketika mereka menyembunyikan diri mereka".
Beberapa pemimpin politik menyerukan boikot atas masalah ini. Kritik terhadap reaksi terhadap produk tersebut datang dari seorang deputi di partai Macron.
"Obsesi dengan jilbab dan Islam ini, bersarang di republik tanpa sadar, adalah kekhasan Prancis yang bisa kita lakukan tanpanya," tulis Aurelien Tache di Twitter.