RAKYATKU.COM - Pencalonan Putri Ubolratana sebagai perdana menteri Thailand telah dibatalkan.
Partai Thai Raksa Chart, yang mengusungnya telah mengumumkan bahwa mereka akan mematuhi perintah raja, yang menghalangi pencalonan adiknya, karena menyebutnya "tidak pantas."
Pernyataan itu menambahkan bahwa partai siap melakukan tugasnya sehubungan dengan "tradisi dan adat istiadat kerajaan" di bawah monarki konstitusional Thailand.
Pengumuman itu secara efektif membatalkan pencalonan Puteri Ubolratana dalam pemilihan Maret mendatang.
Partai Thai Raksa Chart mengumumkan sang putri sebagai kandidat mereka pada Jumat pagi. Tapi segera setelah pengumuman itu, Raja Thailand mengeluarkan dektir, menolak pencalonan tersebut.
Raja tidak mengkritik sang putri secara langsung dan tampaknya memusatkan perhatian pada anggota partai politik yang mencalonkannya.
Di sisi lain, putri berusia 67 tahun itu telah mengucapkan terima kasih kepada para pendukungnya di Instagram atas dukungannya dan bahwa dia ingin Thailand "bergerak maju".
Sebelumnya, dia menegaskan bahwa dia telah melepaskan semua gelar kerajaannya dan sekarang hidup sebagai rakyat jelata.
Dia mengatakan ingin menggunakan haknya sebagai warga negara biasa dengan menawarkan pencalonannya sebagai perdana menteri.
Dia berkata bahwa dia akan bekerja dengan segala ketulusan dan tekad untuk kemakmuran semua warga Thailand.
Thailand adalah monarki konstitusional dan belum memiliki pencalonan kerajaan untuk jabatan garis depan sejak 1932.
Mengenal Puteri Ubolratana
Lahir pada tahun 1951, Puteri Ubolratana Rajakanya Sirivadhana Barnavadi adalah anak tertua dari mendiang Raja Bhumibol Adulyadej.
Dia menempuh pendidikan di Massachusetts Institute of Technology.
Dia melepaskan gelar kerajaannya setelah menikah dengan seorang warga Amerika pada tahun 1972.
Setelah perceraiannya, dia kembali ke Thailand pada tahun 2001 dan sekali lagi mulai berpartisipasi dalam kehidupan kerajaan.
Sang putri terlibat aktif di media sosial dan juga membintangi beberapa film Thailand.
Dia memiliki tiga anak, satu di antaranya meninggal dalam tsunami Asia 2004. Dua lainnya sekarang tinggal di Thailand.