RAKYATKU.COM - Presiden Venezuela Nicolas Maduro memperingatkan kemungkinan pecahnya perang saudara, karena tekanan pada dirinya untuk mundur kian meningkat.
Dalam wawancara dengan program televisi Spanyol yang disiarkan pada hari Minggu, Maduro ditanya apakah krisis di Venezuela dapat mengakibatkan perang saudara.
Dia menjawab: "hari ini tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan itu dengan pasti."
"Semuanya tergantung pada tingkat kegilaan dan agresivitas kekaisaran utara [AS] dan sekutu Baratnya."
"Kami meminta agar tidak ada yang campur tangan dalam urusan internal kami ... dan kami mempersiapkan diri untuk membela negara kami."
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengatakan pada CBS News bahwa penggunaan kekuatan militer tetap merupakan "pilihan" jika Maduro tetap kekeh tidak mau menyerahkan kursi presiden kepada pihak oposisi.
Tapi Maduro memperingatkan pemimpin AS bahwa ia mungkin mengambil risiko terulangnya Perang Vietnam, jika ia turun tangan.
"Stop. Stop. Donald Trump! Anda membuat kesalahan yang akan menodai tangan Anda dengan darah dan Anda akan meninggalkan kepresidenan yang berlumuran darah," katanya.
"Mari kita saling menghormati, atau apakah Anda akan mengulangi Vietnam di Amerika Latin?"
Pada hari Minggu, tenggat waktu yang ditetapkan oleh beberapa negara Eropa agar Maduro mengadakan pemilihan presiden cepat telah habis. Mereka mengatakan bahwa mereka akan mengakui Juan Guaido sebagai presiden sementara jika itu tidak terlaksanan.
Namun Maduro menjawab bahwa "kami tidak menerima ultimatum dari siapa pun."
"Tidak, politik internasional tidak dapat didasarkan pada ultimatum. Itu adalah era kerajaan dan koloni."
Pada bulan Januari, Maduro disumpah untuk masa jabatan kedua. Namun hasil pemilihan tidak bisa diterima oleh pihak oposisi, karena mereka berada di penjara pada saat pemilihan.
Juan Guaido, yang merupakan ketua Majelis Nasional Venezuela kemudian menyatakan dirinya sebagai presiden pada 23 Januari. Dia kemudian mendapatkan dukungan dari AS.
Dia mengatakan konstitusi memungkinkan dia untuk mengambil alih kekuasaan sementara ketika presiden dianggap tidak sah.
Pada hari Sabtu ia mengatakan protes akan berlanjut sampai para pendukungnya mencapai "kebebasan".
.