RAKYATKU.COM - Presiden Venezuela Nicolas Maduro menolak seruan Uni Eropa untuk menyelenggarakan pemilihan presiden cepat, setelah pemimpin oposisi Juan Guaido menyatakan dirinya sebagai kepala negara sementara.
"Kami tidak menerima ultimatum dari siapa pun," kata Maduro, dalam sebuah wawancara yang disiarkan oleh saluran Tv Spanyol, La Sexta.
"Seolah-olah saya telah memberi tahu Uni Eropa: Saya memberi mereka tujuh hari untuk mengakui Republik Catalonia atau, kami tidak akan mengambil tindakan," tegas Maduro.
"Rakyat [Venezuela] telah memilih saya untuk masa jabatan enam tahun. Saya pikir akan lebih baik bagi negara saya jika semua rakyat Venezuela bertindak sesuai dengan ketentuan konstitusi," tambahnya.
Dia kemudian menekankan bahwa pemilihan presiden berikutnya dijadwalkan akan berlangsung pada tahun 2025.
Pada 26 Januari, negara-negara Eropa mengeluarkan ultimatum kepada Presiden Venezuela yang terpilih secara konstitusional (Maduro) bahwa ia memiliki delapan hari untuk menyelenggarakan pemilihan atau mereka akan mengakui pemimpin oposisi sebagai presiden sementara Venezuela.
Maduro menyebut Guaido sebagai "boneka AS" dan menuduh Washington mengatur kudeta di negara Amerika Selatan itu.
Di lain sisi, Presiden Maduro tetap mendapatkan dukungan dari Rusia, China, Meksiko, Iran, Turki, dan beberapa negara lainnya.