Rabu, 30 Januari 2019 18:07

Peneliti Jepang Berhasil Ciptakan Telur Manusia dari Sel Darah

Suriawati
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Dr Mitinori Saitou
Dr Mitinori Saitou

Prosesn ini dikenal sebagai in vitro gametogenesis (IVG). Jika itu bisa dilakukan pada manusia, maka jaringan siapa pun dapat diubah menjadi sperma atau telur.

RAKYATKU.COM - Sebuah tim peneliti di Jepang berhasil menciptakan telur manusia dari sel darah.

Kelompok penelitian yang sama juga membuat sperma dan telur dari sel-sel kulit tikus, dan berhasil menghasilkan tikus yang lahir dari telur buatan itu.

Prosesn ini dikenal sebagai in vitro gametogenesis (IVG). Jika itu bisa dilakukan pada manusia, maka jaringan siapa pun dapat diubah menjadi sperma atau telur.

Itu artinya, Anda dapat memiliki anak dari seseorang, bahkan ketika mereka mati, sebelum pubertas, baik dari pria atau pun wanita.

"Saya bisa membuat embrio dengan seseorang yang belum pernah kutemui. Jadi ini bisa menjadi salah satu revolusi dan tantangan moral terbesar yang pernah kita hadapi," kata peneliti Dr Mitinori Saitou dari Universitas Kyoto.

Penelitian inovatif ini memiliki secercah harapan untuk mengakhiri ketidaksuburan. Namun, itu mungkin akan sulit dan menghadapi berbagai pro dan kontra. Selain itu, terobosan ini akan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk bisa diadaptasi.

"Itu akan bergerak maju, tapi akan menjadi pertempuran dan mungkin akan memakan waktu puluhan tahun," kata Dr Saitou.

Dr Saitou menambahkan bahwa penelitiannya mungkin akan menghadapi respon seperti penelitian kloning dan sel induk. Ini juga menimbulkan pertanyaan sosial yang lebih mendasar.  

Karena kecanggihannya, IVG dapat menawarkan kesempatan baru untuk pasangan sesama jenis yang mungkin tidak dapat memiliki anak.

Tapi ini juga menghadapi segala macam keberatan dari kelompok agama. Ditambah lagi, secara etis, ini mungkin bukan kebutuhan yang paling mendesak, seperti yang diakui Dr Saitou.

"Ini tidak seolah-olah kita memiliki kekurangan sperma atau telur di seluruh dunia, dan itu tidak akan murah sehingga tekniknya mungkin akan digunakan untuk orang kaya," katanya. 

Dari perspektif kesehatan masyarakat, beberapa mungkin berpendapat bahwa dana yang cukup besar yang dibutuhkan untuk penelitian IVG, lebih baik diterapkan pada penyakit yang membebani umat manusia.