RAKYATKU.COM - Dua ledakan menghantam gereja Katolik di Jolo, Filipina Selatan selama Misa Minggu. Insiden itu menewaskan sedikitnya 21 orang dan melukai lebih dari 70 lainnya.
Korban tewas termasuk 14 warga sipil dan tujuh tentara, kata Kepala Inspektur Graciano Mijares, direktur polisi untuk Daerah Otonomi di Mindanao.
Bom pertama meledak di dekat katedral Jolo di ibukota provinsi, disusul ledakan kedua di luar kompleks ketika pasukan pemerintah menanggapi serangan pertama.
Ledakan itu menghancurkan pintu masuk ke katedral dan memporak-porandakan ruangan utama.
Foto-foto menunjukkan puing-puing dan mayat-mayat tergeletak di jalan di luar Katedral Our Lady of Mount Carmel.
"Saya telah mengarahkan pasukan kami untuk meningkatkan tingkat siaga mereka, mengamankan semua tempat pemujaan dan tempat-tempat umum sekaligus, dan memulai langkah-langkah keamanan proaktif untuk menggagalkan rencana permusuhan," kata Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana dalam sebuah pernyataan.
Kantor Presiden Rodrigo Duterte di Manila juga telah mengeluarkan pernyataan. "Kami akan mengejar sampai ke ujung bumi pelaku kejahatan yang kejam ini, sampai semua pembunuh diadili dan ditempatkan di balik jeruji besi. Hukum tidak akan memberi mereka belas kasihan."
Pulau Jolo telah lama terganggu oleh kehadiran gerilyawan Abu Sayyaf, yang dikenal kerap melakukan pemboman, penculikan, dan pemenggalan.
Mengenai serangan terbaru ini, belum ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab.
Itu terjadi hampir seminggu setelah Muslim minoritas di negara yang mayoritas penduduknya beragama Katolik itu mendukung wilayah otonom baru di Filipina selatan dengan harapan mengakhiri pemberontakan separatis hampir lima dekade yang telah menewaskan 150.000 orang.
Meskipun sebagian besar wilayah Muslim menyetujui kesepakatan otonomi, para pemilih di provinsi Sulu, tempat Jolo berada, menolaknya.
Sumber: Fox News