RAKYATKU.COM - Bendungan Vale yang runtuh di Brasil telah menyebabkan sembilan orang tewas dan sekitar 300 lainnya masih belum ditemukan.
CEO Vale, Fabio Schvartsman mengatakan dia tidak tahu apa yang menyebabkan keruntuhan itu. Dia menambahkan bahwa sekitar 300 karyawan bekerja di lokasi ketika tragedi itu terjadi.
"Korban utama adalah pekerja kami sendiri," kata Schvartsman pada konferensi pers Jumat malam.
Insiden terjadi ketika para pekerja Vale sedang makan siang, dan restoran yang mereka tempati itu kini terkubur oleh lumpur limbah dari tambang.
Setelah bendungan runtuh, sebagian Brumadinho dievakuasi. Petugas pemadam kebakaran bergegas menyelamatkan orang-orang dengan helikopter dan kendaraan darat.
Pada Jumat malam (waktu setempat) petugas pemadam kebakaran mengeluarkan daftar 187 orang yang telah diselamatkan sepanjang sore.
Kelompok dan aktivis lingkungan mengatakan insiden ini menggarisbawahi kurangnya peraturan. Bagaimana tidak, ini terjadi hanya empat tahun setelah bendungan lain yang dikelola oleh Vale runtuh, dan menewaskan 19 orang.
"Ini adalah konsekuensi menyedihkan dari pelajaran yang tidak dipelajari oleh pemerintah Brasil dan perusahaan pertambangan yang bertanggung jawab atas tragedi bendungan Samarco, di Mariana, yang juga dikendalikan oleh Vale," kata organisasi lingkungan, Greenpeace dalam sebuah pernyataan.
"Sejarah berulang dengan sendirinya," tweet Marina Silva, mantan menteri lingkungan hidup Brasil. "Tidak dapat diterima bahwa pemerintah dan perusahaan pertambangan belum mempelajari apa pun."
Menurut situs web Vale, limbah tambang, yang sering disebut tailing, sebagian besar terdiri dari pasir dan tidak beracun. Namun, sebuah laporan PBB menemukan bahwa limbah dari bencana tahun 2015 "mengandung logam berat beracun tingkat tinggi."
Vale adalah perusahaan pertambangan terbesar di Brasil. Dua jam setelah kecelakaan itu, sahamnya turun 10 persen di New York Stock Exchange.