RAKYATKU.COM --- Stunting menjadi sebuah persoalan yang harus ditangani di Indonesia. Di antara negara-negara ASEAN, Indonesia menempati urutan ketiga negara penyumbang angka stunting terbesar. Sementara di dunia, Indonesia menempati kelima penyumbang jumlah stunting terbesar.
Data tahun 2018 mengungkap, dari 34 provinsi di Indonesia, 18 provinsi masih memiliki prevalensi stunting 30-40 persen. Dari angka tersebut, sekitar 11,5 persen sangat berisiko menjadi retardasi mental.
Meski tingginya angka stunting di Indonesia, masih banyak masyarakat yang tidak memahami apa itu stunting. Dokter Anak Spesialis Nutrisi dan Penyakit Metabolik Anak Dr. dr. Damayanti Rusli Sjarif, SpA(K) menjelaskan, stunting adalah perawakan pendek yang disebabkan oleh kekurangan gizi jangka panjang atau malnutrisi kronik.
"Malnutrisi ini bisa disebabkan karena asupan yang tidak cukup atau orangtua tidak bisa memberi makanan yang cukup nutrisi, atau memang tidak bisa memberi makan karena tidak punya makanan," ujar Damayanti saat media workshop MilkVersation: Hari Gizi Nasional di Djakarta Theater XXI, Jakarta, seperti yang dilansir Vivanews.
Selain itu, malnutrisi ini juga bisa disebabkan oleh kebutuhan gizi anak yang meningkat. Misalnya anak dengan kondisi diare sehingga makanan yang masuk banyak yang keluar lagi atau ISPA yang harus diselesaikan dengan imunisasi.
Meski stunting membuat pertumbuhan anak berhenti sehingga memiliki tubuh yang pendek, Damayanti menekankan bahwa perawakan pendek tidak selalu menjadi penentu stunting. Tubuh pendek pada anak harus ditentukan dahulu melalui panjang badan, umur, dan jenis kelamin.
Pada stunting, terjadi penurunan berat badan pada anak. Tidak kemudian tubuh langsung memendek.
"Di tengah-tengah itu terjadi penurunan fungsi kognitif, terakhir baru terjadi stunting. Seringkali yang kita temukan sudah terlambat dan kemampuan kognitifnya sudah berkurang," kata Damayanti.