RAKYATKU.COM, SYDNEY - Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, telah melakukan kontak langsung dengan pemerintah Indonesia, atas pembebasan Ustaz Abu Bakar Baasyir, yang diduga dalang pemboman Bali.
PM percaya, orang-orang berharap Indonesia menunjukkan rasa hormat yang besar kepada Australia, dalam cara mereka mengelola pembebasan Abu Bakar Baasyir di penjara.
"Orang Australia meninggal secara mengerikan pada malam itu, dan saya pikir orang Australia di mana-mana akan mengharapkan, bahwa masalah ini ditangani dengan sangat serius oleh pemerintah kami," kata Morrison, Senin, 21 Januari 2019.
"Tetapi juga, bahwa pemerintah Indonesia akan sangat menghormati Australia, dalam cara mereka mengelola masalah ini," tambahnya.
Baasyir (81), diperkirakan akan dibebaskan lebih awal dari penjara, dengan alasan kemanusiaan.
Ulama Muslim radikal itu dinyatakan bersalah atas tuduhan terorisme pada tahun 2010, karena terkait dengan kamp pelatihan militan di provinsi Aceh, dan dipenjara selama 15 tahun.
Sebanyak 88 lebih dari 200 orang yang tewas dalam pemboman klub malam Bali tahun 2002, adalah warga Australia, dan Canberra sebelumnya, mendesak agar keringanan hukuman bagi Baasyir.
"Kami selalu konsisten - pemerintah dari kedua persuasi selama periode waktu yang lama - tentang keprihatinan kami tentang Abu Bakar Baasyir," kata Morrison.
"Dia menjalankan, apa yang telah disampaikan oleh sistem peradilan Indonesia kepadanya sebagai hukumannya."
Perdana menteri mengatakan, itu tidak biasa bagi para tahanan yang telah melayani dua pertiga dari hukuman penjara Indonesia mereka, untuk mendapatkan pembebasan bersyarat.
"Tetapi kami telah sangat jelas tentang perlunya memastikan, bahwa sebagai bagian dari upaya kontra-terorisme bersama kami - kami memiliki kemitraan kontra-terorisme yang sangat baik dengan Indonesia - bahwa Abu Bakar Baasyir tidak akan berada dalam posisi apa pun, atau dengan cara apa pun, dapat mempengaruhi atau menghasut apa pun," katanya.
"Jangan lupa, bahwa bom Bali menyebabkan kematian orang Indonesia juga," tegasnya.
Pemboman tahun 2002 mendorong Indonesia, untuk membentuk pasukan elite anti-terorisme yang menerima dana dan pelatihan dari Australia dan AS.