Minggu, 20 Januari 2019 16:23

"Dia Hanya Ingin Mati," Permohonan Gadis 11 Tahun yang Derita Penyakit Kronis

Suriawati
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Imarni Chowdhury
Imarni Chowdhury

Imarni Chowdhury, menderita interstitial cystitis, peradangan kronis pada dinding kandung kemih. Itu menyebabkan jaringan parut dan mengurangi ruang untuk menampung urin

RAKYATKU.COM - Satu-satunya hadiah yang diinginkan seorang gadis berusia 11 tahun untuk ulang tahunnya adalah kematian. Itu karena dia menderita suatu penyakit langka yang tidak dapat disembuhkan.

Imarni Chowdhury, menderita interstitial cystitis, peradangan kronis pada dinding kandung kemih. Itu menyebabkan jaringan parut dan mengurangi ruang untuk menampung urin. Penyakitnya membuatnya mengalami rasa sakit yang setara dengan luka bakar tingkat tiga.

Menurut NHS, kondisi tersebut mempengaruhi orang berusia 30-an hingga 40-an, dan lebih sering terjadi pada wanita daripada pria. Ini jarang terlihat pada anak-anak.

Ayah Imarni, Rahman Chowdhury mengatakan bahwa satu-satunya hal yang diinginkan anaknya adalah mati.

"Ketika saya bertanya padanya apa yang dia inginkan untuk ulang tahunnya minggu depan, dia bilang dia hanya ingin mati," kata Rahman.

“Orang tidak tahu sejauh mana rasa sakitnya. Ini seperti memiliki luka bakar tingkat ketiga atau kanker stadium empat," kata Rahman.

Rahman menambahkan bahwa Imarni juga memiliki epilepsi dan narkolepsi [gangguan tidur].

Saat ini, Imarni dibius dengan obat penghilang rasa sakit dosis tinggi di Rumah Sakit Princess of Wales di Grimsby, Lincolnshire.

Sebenarnya, ada jenis perawatan lebih lanjut yang tersedia, seperti gel kandung kemih khusus. Namun rumah sakit Sheffield dan Nottingham mengatakan bahwa mereka perlu mendapatkan lisensi.

Rahman telah melakukan kontak dengan NHS, dan mengatakan kepadanya bahwa gel khusus untuk membantu putrinya hanya dapat diberikan oleh Rumah Sakit Grimsby.

Sayangnya, Grimsby telah mengatakan kepada Chowdhurys bahwa tidak ada pelatihan untuk menggunakan gel itu.

Rahman mengatakan itu adalah situasi yang memilukan karena Imarni “membutuhkannya”.

Sang ayah menambahkan bahwa ia tidak mengerti mengapa perawatan spesialis tidak dapat diberikan untuk meningkatkan kualitas hidup putrinya.