RAKYATKU.COM, SYDNEY - Korban selamat dari pemboman Bali 2002, telah mengkritik keputusan kontroversial, untuk membebaskan Ustaz Abu Bakar Baasyir dari penjara.
Beberapa korban Bom Bali menyebutkan, Baasyir adalah orang yang mengilhami serangan Bom Bali 2002 lalu, dan menewaskan 202 orang. Sebagian besar di antaranya adalah turis asing.
Keputusan itu memicu kemarahan di seluruh dunia, khususnya di Australia, di mana 88 korban Bom Bali berasal dari sana.
Lima teman terdekat Melbourne Jan Laczynski, tewas dalam serangan itu, dan dia mengatakan dia 'terpana' pada pembebasan Baasyir.
"Berita yang benar-benar menghancurkan. Sama efektifnya dengan hidupnya. Sementara yang lain menderita melihatnya keluar dari penjara," katanya dilansir dari Fairfax.
Australia mendesak Indonesia pada Maret lalu, agar tidak ada keringanan hukuman terhadap Baasyir, ketika pemerintah mempertimbangkan tahanan rumah dan bentuk-bentuk pengampunan lainnya.
Mr Laczynski juga mengatakan, dia percaya presiden Indonesia seharusnya mempertimbangkan mereka yang masih menderita.
"Siapa selanjutnya? Ali Imron, orang yang membuat bom? Menakutkan," katanya.
"Ini tamparan di wajah bagi begitu banyak orang Australia, yang masih terluka dan masih dalam pemulihan."
Korban lainnya dari Indonesia, Dewa Ketut Rudita, menderita luka bakar parah hingga 35 persen dari tubuhnya, dan menderita luka di mata kanannya.
Dia mengaku kecewa dengan keputusan itu, dan meskipun dia berempati dengan kondisi Baasyir yang sakit, tetapi mengatakan keluarga korban harus diberi pertimbangan.
"Jika alasan kemanusiaan adalah alasan yang diberikan untuk pembebasannya, bukankah seharusnya ditanyakan di mana kemanusiaannya, ketika dia melakukan kejahatan yang merenggut begitu banyak nyawa? [Banyak orang] masih menderita, para korban dan keluarga para korban," ungkapnya.
Daily Mail Australia menyebutkan, pembebasan Baasyir yang akan segera terjadi menjelang pemilihan presiden April, dan pertemuan itu membuat lawan-lawan Presiden Joko Widodo, mencoba untuk mendiskreditkannya sebagai orang yang tidak cukup Islami.
"Saya sudah mempertimbangkan keputusan ini sejak lama, melibatkan kepala Kepolisian Nasional dan ahli hukum," kata Widodo kepada wartawan.
"Pelepasan ini diputuskan karena pertimbangan kemanusiaan, dan juga terkait dengan perawatan kesehatannya."
Berbicara dari penjara Gunung Sindur, Baasyir menyambut berita itu, "Jika saya dibebaskan, saya akan memuji Allah."
Pemboman tahun 2002, adalah titik balik dalam pertempuran Indonesia melawan para ekstremis yang kejam, menjadikan keamanan besar sebagai norma di kota-kota besar, dan menjalin kerjasama kontra-terorisme yang lebih dekat dengan AS dan Australia.