RAKYATKU.COM - Seorang pria berusia 21 tahun didakwa atas tuduhan berencana melakukan serangan teror di Gedung Putih.
Hasher Jallal Taheb dituduh berencana untuk meledakkan kediaman Donald Trump di Washington DC dengan roket anti-tank, kemudian menyerbu gedung dengan senjata dan granat.
Dokumen pengadilan menunjukkan bahwa dia memiliki "diagram yang digambar tangan dari lantai dasar West Wing".
Menurut Atlanta Journal Consititution, selain Gedung Putih, dia diduga berencana untuk menargetkan bangunan pemerintah lainnya di Washington DC.
Pada bulan Desember 2018, dia bertemu dengan agen FBI yang menyamar. Pada saat itu, Taheb mengatakan dia ingin melakukan kerusakan sebanyak mungkin dan dia berharap menjadi "martir."
Taheb mengatakan kepada agen untuk mendapatkan senjata dan bahan peledak untuk serangan Gedung Putih.
Dia ingin menggunakan senjata semi-otomatis, sebuah senjata anti-tank dan granat tangan "AT-4". Dikatakan bahwa Taheb berharap untuk melakukan serangan pada atau sekitar 17 Januari.
Belakangan, dia memberi tahu agen itu bahwa dia juga berencana untuk menyerang Monumen Washington, Monumen Lincoln, dan sebuah sinagog.
"Dia menggambarkan rencananya untuk menggunakan AT-4 untuk membuat lubang di Gedung Putih sehingga kelompok itu bisa masuk," kata Agen Khusus FBI Tyler Krueger dalam pernyataan tertulis. "Rencananya adalah masuk dan menurunkan sebanyak mungkin orang."
Dia ditangkap pada 16 Januari ketika bertemu dengan agen rahasia lain yang diduga mendapatkan senjata dan bahan peledak.
Taheb ditangkap di Gwinnett dan muncul sebentar di pengadilan federal di pusat kota Atlanta pada hari Rabu.
Dia didakwa dengan :niat untuk menghancurkan dengan api atau bahan peledak bangunan milik AS."
Pihak berwenang mengatakan tersangka bertindak sendiri dan semua ancaman telah dinetralkan.