RAKYATKU.COM, MAKASSAR - Pesatnya perkembangan teknologi telah memengaruhi cara masyarakat melakukan transaksi finansial menjadi berbasis digital.
Data Bank Mandiri menunjukkan, 94 persen transaksi perbankan di Indonesia dilakukan melalui digital banking, hanya 6 persen yang masih dilakukan di kantor kovensional. Hal ini tentu meningkatkan persaingan bagi para pelaku bisnis untuk memenangkan hati konsumen dengan beradaptasi pada kecenderungan transaksi finansial berbasis digital.
Melihat kondisi ini, Bank Mandiri sebagai agent of development mengajak serta regulator, pemerintah daerah, pelaku bisnis, akademisi, dan konsumen di Makassar untuk menemukan solusi memenangkan kompetisi di era digitalisasi finansial yang tengah terjadi.
"Forum diskusi hari ini menjadi momentum yang penting bagi seluruh komponen masyarakat di Makassar dalam meningkatkan kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi daerah," kata Angga Erlangga Hanafie, Regional CEO X/Sulawesi dan Maluku Bank Mandiri Focus Group Discussion di Novotel Makassar Grand Shayla, Rabu (16/1/2018).
"Kita perlu memahami peran digital banking dalam meningkatkan pertumbuhan transaksi keuangan di Makassar. Pada akhirnya, pertumbuhan ekonomi yang sehat di Makassar akan memberikan dampak positif seperti meningkatnya pendapatan daerah dan investasi," tutur Angga.
Perlu disadari bahwa dunia saat ini berada di masa yang sangat menarik di mana terjadi banyak perubahan dalam tenggat waktu yang sangat singkat. Perubahan tersebut disebabkan adanya kecepatan pertukaran informasi yang ditunjang dengan perkembangan teknologi.
Dari segi infrastruktur, Indonesia memiliki sekitar 200 juta pengguna ponsel mobile unik. Sebanyak 40% di antaranya adalah pengguna smartphone. Artinya, ini adalah akses potensial yang sangat besar kepada orang-orang yang memberikan kesempatan terobosan.
Semua ini mengarah ke era baru digitalisasi jasa keuangan. Ketersediaan teknologi dan kesiapan pasar telah mendorong transaksi berbasis digital dan terjadi di berbagai wilayah di Indonesia.
Industri finansial di Makassar pun tak lepas dari pengaruh digitalisasi. Tercatat pada triwulan ke-4 tahun 2018, transaksi non tunai (cashless) di Makassar mencapai Rp38.87 triliun dengan volume sebesar 36.94 juta transaksi.
"Walaupun begitu, masih ada potensi besar yang bisa digarap di Makassar. Hal ini disebabkan karena Makassar masih menjadi wilayah di Indonesia timur dengan jumlah pengguna smartphone yang besar, dimana hal ini merupakan salah satu trigger peningkatan transaksi digital yang cukup potensial," beber Angga.
Pada FGD ini juga menghadirkan Wali Kota Makassar, Mohammad Ramdhan Pomanto, dan Ketua STIM Nitro, Prof Marzuki DEA.