Senin, 14 Januari 2019 13:13

"Dia Hanya Ingin Jadi Cantik," Kata Ibu yang Putrinya Meninggal Saat Operasi Hidung

Suriawati
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Foto: Via Sghanghaiist
Foto: Via Sghanghaiist

Xia Lisha, pergi ke rumah sakit Li Mei Kang di ibukota Guizhou, Guiyang pada 3 Januari untuk melakukan operasi hidung rutin. Dia ditemani oleh ibunya

RAKYATKU.COM - Rumah sakit bedah plastik dan sebuah keluarga telah mencapai kesepakatan menyusul kematian tragis seorang gadis berusia 19 tahun karena komplikasi selama operasi hidung.

Remaja itu, Xia Lisha, pergi ke rumah sakit Li Mei Kang di ibukota Guizhou, Guiyang pada 3 Januari untuk melakukan operasi hidung rutin. Dia ditemani oleh ibunya, yang menunggu di luar.

Namun, selama prosedur ia mengalami reaksi langka pada anestesi, yang dikenal sebagai hipotermia ganas.

Xia mengalami demam yang sangat tinggi, detak jantungnya meningkat dengan cepat, dan ia terserang kejang otot yang parah.

Dia dengan cepat diangkut ke rumah sakit terdekat, tapi dinyatakan meninggal di sana.

Sementara itu, ibu Xia, yang bermarga Wang, semakin khawatir karena telah menunggu selama jam. Xia masuk jam 1 siang, dan jam 5 sore ibunya mulai panik dan bertanya.

Namun, baru pada jam 8 malam dia diberi tahu bahwa putrinya telah dipindahkan ke rumah sakit di seberang jalan setelah mengalami reaksi hebat terhadap anestesi.

Ketika dia tiba di sana, dia diberitahu bahwa putrinya sudah meninggal dunia.

"Dia hanya ingin menjadi cantik, dia tidak pantas mati seperti ini," teriak Wang.

Kemudian, dia mengatakan kepada wartawan bahwa putrinya telah melakukan pekerjaan paruh waktu untuk menghemat cukup uang untuk membayar operasi hidung yang biayanya 26.900 yuan (sekitar Rp56 juta).

Pemerintah setempat dilaporkan melakukan penyelidikan atas kematian Xia, namun, pada hari Selasa, rumah sakit Li Mei Kang dan keluarga Xia mencapai kesepakatan.

Tidak ada pihak yang berbicara secara terbuka tentang penyelesaian itu, tapi sumber dalam mengatakan bahwa keluarga Xia telah menerima lebih dari 1,6 juta yuan (Rp3,3 miliar) sebagai kompensasi.