RAKYATKU.COM, MAKASSAR - Memasuki awal 2019, sejumlah perusahaan finansial mengalami perlambatan ekonomi pasca tahun baru.
Perlambatan itu seperti di sektor investasi, otomotif, kebutuhan rumah tangga, dan lain-lain. Penyebabnya, nasabah masih mengamati pertumbuhan ekonomi di tahun baru, terlebih lagi jika memasuki tahun politik saat ini.
Untuk itu, para pelaku otomotif khususnya perusahaan kontraktor, masih belum bergairah mengembangkan usahanya di awal tahun.
Branch Manager BFI Finance, Putu mengatakan, penjualan di awal tahun biasanya berjalan lambat seperti investasi. Kebutuhan sehari-hari juga belum terlalu bergairah.
Untuk nasabah yang memiliki usaha, masih ragu-ragu berinvestasi. Dan nasabah perorangan, juga masih belum bergairah mengajukan kredit di pembiayaan.
"Biasanya Februari atau Maret, masyarakat mulai mengajukan kredit. Dan memasuki April, di situ kegiatan ekonomi kita mulai normal. Untuk semua pendapatan perusahaan di awal tahun, itu biasanya kecil dan jika sudah memasuki semester ke-2, barulah sudah meningkat sangat tinggi," katanya saat ditemui di Cafe Baba, Jalan Toddopuli, Jumat (11/1/2019) pagi.
Dia juga menambahkan, untuk awal tahun ini, pihaknya tidak terlalu panik. Pasalnya, sudah menjadi peristiwa tahunan. Kenaikan dari kuartal 1 ke kuartal 2, biasanya Rp1,5 miliar.
"Secara jumlah, kontrak dengan beberapa dealer, pembiayaan motor yang paling banyak. Dan untuk secara angka, yang banyak adalah mobil dan alat berat lainnya," bebernya.
Sementara itu, Branch Manager Smart Finance, Zhulfadryan mengatakan, masih fokus di lease back dan perbaikan sumber daya manusia (SDM). Tetapi intinya di awal tahun ini, performanya menurun.
"Apalagi nanti kan sudah ada Sistem Informasi Konsumen (SIK), dan kita bekerja sama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI). Semua pengajuan harus kita cek di sana," bebernya.
Berdasarkan data perusahaan pembiayaan yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pendapatan perusahaan pembiayaan selalu meningkat dari tahun ke tahun.
Per Desember 2018, Rp12.635.340. Angka ini naik dari periode yang sama 2017 sebesar Rp12.118.851, dan 2016, sebesar Rp11.189.541.
Secara year to year, naik dari 5,51% pada 2017 menjadi 8,31% pada 2018. Dan per November 2018 secara year to year (yoy) naik dari 9,17% pada November 2017 menjadi 9,31% per November 2018.