RAKYATKU.COM - Istri seorang blogger Arab Saudi yang dijatuhi hukuman 1.000 cambukan dan 10 tahun penjara mengungkapkan kekhawatir atas keadaan suaminya.
Dia mengatakan bahwa sang suami, Raif Badawi berada di ambang kematian menjelang ulang tahun keempat hukuman cambuknya yang brutal.
Badawi ditangkap pada tahun 2012 dan dihukum pada Mei 2014 karena menghina Islam di sebuah blog-nya.
Pada Januari 2015, ia menerima 50 cambukan di hadapan ratusan orang di Jeddah dan itu seharusnya berlanjut dengan 50 cambukan selama 20 minggu.
Namun pencambukan lebih lanjut ditunda setelah ia hampir mati karena siksaan dan Arab Saudi menghadapi kritikan oleh Uni Eropa, Amerika Serikat, Kanada, PBB dan banyak lagi.
Namun pria berusia 34 tahun itu tetap dipenjara.
Istrinya, Ensaf Haidar, yang tinggal bersama anak-anak mereka di Kanada, telah berkampanye untuk kebebasan suaminya.
Dalam sebuah wawancara eksklusif baru-baru ini, ia mengungkapkan bahwa Badawi sangat tertekan dan membuat rencana ketika ia meninggal.
"Raif sangat tertekan," katanya. "Dia memberitahuku bahwa jika dia mati, dia ingin tubuhnya dikirim ke Quebec sehingga jiwanya akan tetap tenang."
Dia menambahkan bahwa "dia sakit, dia memiliki masalah dengan ginjalnya dan psikologinya sangat buruk."
Haidar menambahkan bahwa dia masih berada dalam kegelapan tentang kasus suaminya karena pihak berwenang di Arab Saudi belum memberikan informasi kepadanya.
"Kami belum mendengar apa pun tentang status hukumnya karena semua dalam kasusnya rahasia," katanya.
Sejak suaminya dipenjaran, Haidar kini terpaksa membesarkan ketiga anaknya, yang berusia 10, 13 dan 14 tahun sebagai ibu tunggal.
Meskipun dia dan anak-anaknya telah menjadi warga negara Kanada setelah negara itu memberikan suaka kepada mereka, dia mengatakan kondisi mental seluruh keluarganya tidak baik.
“Situasi psikologis mereka buruk. Tidak ada kata untuk menjelaskannya," tambahnya.
Pada musim semi tahun lalu, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau menyatakan 'prihatin' atas pemenjaraan Badawi kepada Raja Salman bin Abdulaziz dalam sebuah telepon.
Sejak itu, kasus Badawi telah menjadi jantung sengketa diplomatik antara Kanada dan Arab Saudi.