Kamis, 03 Januari 2019 18:32

Surat Edaran Malam Tahun Baru Dikritik, NA: Yang Penting Maknanya Sampai

Mulyadi Abdillah
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Nurdin Abdullah dan Andi Sudirman Sulaiman.
Nurdin Abdullah dan Andi Sudirman Sulaiman.

Surat edaran tentang malam tahun baru yang diteken Wakil Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman, menuai kritik.

RAKYATKU.COM, MAKASSAR - Surat edaran tentang malam tahun baru yang diteken Wakil Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman, menuai kritik. Salah satu poin dalam surat itu adalah larangan hiburan dan menyalakan kembang api.

Kritikan itu salah satunya datang dari, Zakir Sabara HW, warga Kota Makassar. Ia menuliskan "surat terbuka" kepada Wagub Sulsel tentang 'marwah' surat edaran itu. 

"Besok lusa, jangan buat edaran tidak boleh ada perayaan tahun baru dan pesta kembang api, kalo tdk bisa dieksekusi dan tdk bisa di kontrol efektifitas surat edaran itu, ini menyangkut wibawa institusi pemerintahan, nanti naketawaiki pagar rumah jabatanta.

Di depan rumah jabatanta, Band masih berlangsung dan pesta kembang api dan api betul terus menyalak. Sekali lagi, kata anak millennial Makassar Nanti Naketawaiki Pagarta," tulis Zakir di akun Facebooknya, pada Selasa (1/1/2019).

Gubernur Sulsel, Nurdin Abdullah (NA) menanggapi dingin kritikan atas surat edaran tersebut. Mantan bupati Bantaeng dua periode ini berharap hal tersebut bisa dipahami. Apalagi dia dan Sudirman Sulaiman, masih baru menjabat sebagai gubernur dan wakil gubernur Sulsel.

"Jadi saya kira begini, ini namanya kita baru, dalam proses adaptasi. Jadi kalau ada yang bengkok, kita luruskan.  Jangan kita kasih tambah bengkok," kata Nurdin Abdullah saat ditemui di rumah jabatannya, Kamis (3/1/2019).

Nurdin meminta agar surat imbauan itu ditanggapi positif. Katanya, surat itu dikeluarkan semata-mata demi kebaikan Sulawesi Selatan.

"Yang penting maknanya, message-nya sampai. Tidak ada yang dilanggar," tambahnya.

Dia bahkan menyanjung Andi Sudirman Sulaiman, yang tanpa perintahnya bisa mengeluarkan kebijakan demi kebaikan bersama. Termasuk surat imbauan itu.

"Itu bagusnya itu, daripada jadi wagub tunggu perintah gubernur. Kita mau kita sama-sama. Liat Ahok (waktu jadi Gubernur DKI Jakarta). Jadi kalau saya, tinggal kita saling kontrol, 'e pelan-pelanki boss'," tutup Nurdin tersenyum.