The Power of Love
The Power of love. Judul lagu yang pernah dilantunkan oleh penyanyi papan atas “Celine Dion”. Lagu yang menceritakan tentang seorang wanita yang sedang jatuh cinta dan siap mengorbankan apa saja demi cintanya. Begitulah, adanya kekuatan cinta. Seseorang akan selalu belajar bagaimana merasakan kehangatan, kelembutan, dan keindahan. Dengan kekuatan cinta, seseorang diajari bagaimana mengatasi kecemasan dan ketakutan.
Ilustrasi dalam lagu tersebut adalah serpihan bagaimana mengenali kekuatan cinta. Pemikiran atau fantasi manusia bisa dikendalikan oleh kekuatan cinta. Dengan cinta, manusia mampu memperoleh kenyamanan dan kebahagiaan.
Lalu bagaimana cinta itu hadir? Refleksi akan cinta sudah tercermin sejak manusia terlahir di dunia. Tangisan bayi yang membutuhkan sentuhan dari orang tuanya, seolah mengafirmasi bahwa entitas cinta telah menjadi kebutuhan dasar dari berawalnya sebuah kehidupan.
Walaupun dalam perkembangannya, cinta seringkali diidentikkan sebagai kebutuhan dalam menjalin hubungan antar pasangan. Cinta yang bertautan menjadi sebuah kekuatan dan bisa diilustrasikan sebagai tiang penyangga yang menopang hubungan tersebut.
Sedangkan cinta yang tidak bertautan. Atau kalimat yang sering didengar dengan “cinta bertepuk sebelah tangan”, hanya dapat dilewati dengan dua kemungkinan.
Seseorang berkompromi dengannya (cinta), bahwa cinta tidak selamanya untuk dimiliki. Dengan kepasrahan dan keyakinan bahwa cinta adalah anugerah yang datang kepadanya. Dengan belajar mencintai dan mengendalikan kehendak dirinya. Seseorang akan mampu melewatinya.
Atau cinta dan pemiliknya harus saling mematikan. Pilihan yang satu ini, pentingnya melibatkan rasionalitas. Jika tidak, cinta akan mematikan pemiliknya.
Sehingga mengendalikan kehendak dan nalar adalah jalan terbaik dari cinta yang tak terbalas.
Walaupun pada kejadian yang lain. Dalam hubungan antara pasangan yang saling mencintai. Cinta bisa saja membunuh pemiliknya. Bisa salah satunya atau bahkan keduanya. Betulkah cinta itu buta? Untuk cinta, meskipun butuh perjuangan dan pengorbanan. Harusnya seseorang melibatkan cita, cipta dan karsa.
Jika merujuk pada literasi terkemuka. Seorang pakar psikologi Universitas Hawai “Elaine Hatfield” mendefinisikan cinta itu adalah hubungan yang menggabungkan kenyamanan, kasih sayang dan gairah itu sendiri.
Namun hakekatnya, Cinta adalah perpaduan antara manifestasi sifat-sifat keTuhanan dan sifat dasar manusia. Dalam konteks agama, sifat-sifat keTuhanan antara lain sifat kasih dan sifat sayang. Sedangkan sifat dasar manusia adalah hawa nafsu. Hawa Nafsu juga sering diartikan sebagai syahwat. Walaupun syahwat itu sendiri adalah bagian dari hawa nafsu.
Dalam pengertian secara umum, hawa nafsu adalah sebuah perasaan atau kekuatan emosional yang besar dalam diri manusia. Hal itu berkaitan secara langsung dengan pemikiran atau fantasi manusia. Hawa nafsu bisa juga berarti hasrat atau keinginan intens terhadap suatu objek atau situasi.
Rasa kasih, sayang dan hawa nafsu sudah ada sejak manusia tercipta. Dan relasi antara ketiganya melahirkan cinta. Sehingga cinta itu telah hadir sejak manusia pertama diciptakan yaitu Adam. Dengan hadirnya rasa cinta, Adam pun memohon Hawa diciptakan. Cinta menjadi bekal awal kehidupan manusia di muka bumi ini. Karena kekuatan cinta, Adam dan Hawa merasakan kesepian dan saling membutuhkan.
Kisah Adam dan Hawa meninggalkan hikmah tentang cinta. Cinta mengajarkannya banyak hal. Tentang penyesalan, kerinduan, kepasrahan, dan kepatuhan. Dalam kesendiriannya, Adam memohon ampunan atas dosanya dan bermunajat kepada Sang Pencipta untuk dipertemukan kembali dengan Hawa.
Bicara manusia, bicara tentang cinta. Cinta adalah pelajaran awal manusia. Cinta terhadap Sang Pencipta dan cinta terhadap ciptaanNYA. Bahkan dalam perspektif agama. Tuhan meminta manusia untuk mencintaiNYA, tidak membandingkan dengan apapun juga. Apalagi hanya berupa materi belaka.
Belajarlah mencintai. Karena sejatinya, Dengan kekuatan cinta yang dikendalikan oleh manisfestasi sifat-sifat keTuhanan akan membawa keselamatan dan kedamaian.
Makassar, 7 Juni 2021