Sudah Waktunya Sekolah Dibuka?
INDONESIA memasuki tahun kedua pandemi Covid-19 pada 2021 ini. Kasus positif per 30 April tercatat 1,668 juta dengan angka kesembuhan mencapai 1,522 juta dan angka kematian 45,521 ribu.
Data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 menunjukkan kasus Covid-19 di Indonesia turun. Namun, ratio kepositifan (positivity rate) masih 12 persen, masih jauh dari standar WHO yang menetapkan positivity rate minimal 5 persen. Perubahan zona juga masih terus terjadi diberbagai wilayah.
Data pertengahan April menunjukkan Zona merah atau risiko tinggi dari 10 menjaadi 11 kabupaten/kota. Zona oranye atau risiko sedang meningkat dari 289 menjadi 316 kabupaten/kota. Sementara zona kuning atau risiko rendah menurun 207 menjadi 178 kabupaten/kota. Zona hijau tidak ada kasus di 8 kabupaten/kota dan tidak terdampak 1 kabupaten/kota.
Di tengah angka-angka tersebut, tuntutan akan pembukaan sekolah dan kampus terus digaungkan. Berbagai studi menunjukkan bahwa penutupan sekolah atau kampus yang terlalu lama berdampak pada hilangnya pembelajaran (learning loss), kemiskinan belajar (learning power), hingga ketimpangan dalam menyerap ilmu pengetahuan.
Belum lagi kita menghitung angka kekerasan pada anak karena ketidakmampuan orang tua dalam mengontrol pembelajaran anaknya dari rumah sehingga semua emosi atau kekesalan banyak dilampiaskan kepada anak didik kita.
Studi UNESCO menunjukkan 100 juta anak gagal menguasai keterampilan dasar membaca dan hal tersebut juga terjadi pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi dengan kehilangan skill yang berbeda-beda. Ada skill yang hilang yang kalau tidak segera diatasi akan mengakibatkan tumpulnya kualitas anak didik kita.
Contoh di Cimahi, Jawa Barat. 15 persen anak naik kelas 2 SD belum bisa membaca dan menulis. Ini adalah contoh kecil saja yang menunjukkan makin lama sekolah atau kampus tutup maka akan besar dampaknya. Sedangkan sebelum pandemi saja kualitas pendidikan kita jauh tertinggal apalagi saat pendemi dengan keadaan seperti ini.
Sudah Waktunya Sekolah Dibuka?
Pemerintah harus berani memulai meski setiap tindakan ada ririkonya. Kita harus melibatkan kebijakan spesifik di sektor kesehatan dan sensitif diluar sektor kesehatan. Kita bisa memulai dari daerah zona hijau dan kuning terlebih untuk menjadi percontohan. Dengan melakukan standar operasional yang ketat. Contoh yang bisa kita lakukan pada daerah tersebut dalam rangka pembukaan sekolah dan kampus.
Kebijakan spesifik. Pertama, tetap melakukan protokol mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas (5M). Kedua, menuntaskan vaksinasi kepada para guru dan tenaga kependidikan. Sambil menunggu rekomendasi vaksin Covid-19 untuk anak-anak. Ketiga, melakukan tes antigen/swab minimal sekali sepekan kepada semua unsur yang terlibat. Keempat, mengatur shift masuk dengan komposisi 50 persen setiap shift. Kelima, memastikan konsumsi gizi yang baik bagi semua komponen. Dan berbagai kebijakan lainnya.
Kebijakan sensitif. Pertama, menjamin semua tempat atau ruang kelas dengan ventilasai atau sirkulasi yang baik. Kedua, penyediaan fasilitas pendukung seperti tempat cuci tangan, sabun, tempat sampah medis, dll. Ketiga, jika memungkinkan disediakan mobil antar jemput khusus untuk mengurangi mobilisasi datang dan pulang sekolah/kampus. Bisa bekerja sama dengan Dinas Pariwisata setempat. Juga berbagai kebijakan lainnya.
Pada akhirnya, pertanyaan dari judul di atas, Sudah Waktunya Sekolah Dibuka? adalah tanggung jawab kita semua untuk menjawabnya. Pemerintah mesti segera mengambil langkah percontohan prosedur operasional pada kebijakan spesifik dan sensitif di daerah yang ditetapkan. Sudah banyak daerah yang berkomitmen dan menyatakan akan memulai pada Juli 2021.
Akan tetapi, mesti dinaungi dengan baik oleh pemerintah dengan keseragaman kebijakan tersebut. Agar tujuan mulia Dunia pendidikan kita yaitu mencerdaskan kehidupan Bangsa bisa tercapai. Selamat Hari Pendidikan Nasional.