Seni Diplomasi Seimbang Indonesia
Akhir Oktober 2021, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerima estafet palu dari Perdana Menteri Italia sebagai titik momen dimana Indonesia ditasbihkan sebagai tuan rumah presidensi KTT G20 di tahun 2022. Fokus pada saat itu adalah upaya seluruh dunia untuk memulihkan kondisi global dari pandemi Covid-19. Hal tersebut tergambar dari tema yang diangkat oleh Indonesia yakni: Recover Together, Recover Stronger.
Februari 2022, hal yang mengejutkan terjadi. Rusia menginvasi Ukraina. Invasi ini tak hanya menyebabkan tewasnya banyak orang, memaksa ribuan orang mengungsi, menghancurkan kota-kota di Ukraina, tetapi juga timbul dampak lain diluar hal tersebut. Dampak ekonomi langsung dapat dirasakan dari invasi yang terjadi, khususnya pada rantai pasokan global.
Perlu diingat bahwa Ukraina merupakan produsen gandum dan juga kentang. Uni Eropa selama ini pun menggantungkan kebutuhan gandum dari Ukraina. Produk lain yang merupakan hasil alam dari Ukraina adalah gas, batubara, dan titanium. Akibat adanya perang, produk yang dibutuhkan oleh negara lain tersebut menjadi terhambat proses distribusinya.
Disisi lain, Indonesia dihadapkan pada situasi tekanan oleh negara barat berkenaan dengan Rusia yang juga merupakan anggota G20. Ditengah suhu panas antara Rusia dan Ukraina, Presiden Joko Widodo justru berani untuk hadir berkunjung ke kedua negara tersebut. Presiden Volodymyr Zelensky ditemui oleh Joko Widodo pada 29 Juni, dan Presiden Vladimir Putin ditemui pada 30 Juni.
Hadirnya Indonesia ditengah area konflik yang terjadi menunjukkan bahwa Indonesia memiliki seni diplomasi yang positif untuk menjadi jembatan perdamaian dunia. Hal tersebut juga merupakan bukti dari karakter dan ruh yang selama ini mengakar dari negara Indonesia dalam komunikasi politiknya yang bebas aktif. KTT G20 juga dihadiri oleh Presiden Amerika Serikat dan juga Presiden Tiongkok. Hal ini dapat membuktikan bahwa Indonesia merupakan negara yang ramah dan sahabat yang baik.
Posisi Indonesia sangat strategis untuk mendorong terciptanya kondisi stabilitas ekonomi dan juga politik dunia. Melalui orkestrasi dan seni diplomasi Indonesia yang seimbang, diharapkan Indonesia dapat memperjuangkan kepentingan negara yang sedang berkembang dengan tetap bermain kelompok negara yang sudah masuk kategori maju. Hal tersebut sebagai bukti bahwa Indonesia sangat mendukung pengurangan gap antara negara maju dengan negara berkembang dalam pembangunan.