Semua (Memang) Punya Peluang, Maaf...Adama Masih Tangguh
9 Desember 2020. Penanggalan itu sebagai lonceng pengingat. Bahwa, Pilwalkot Makassar tinggal menghitung hari.
Hari itu, satu pasangan yang akan menduduki kursi 01 dan 02 di Kota Daeng. Peluang bumbu MK, memang terbuka. Tapi, itu jika selisih suara tipis.
Semakin kasipnya waktu, mengingatkan saya pada seseorang. Dia adalah sosok berpengalaman dalam pilkada. Kala itu, dia membagi resep terkait waktu-waktu penting dalam pilkada.
Kata dia, "Ada tiga waktu sangat penting di pertarungan pilkada. Pertama, tiga bulan terakhir. Kedua, tiga minggu terakhir. Dan, yang paling menentukan, tiga hari terakhir."
Tiga bulan terakhir sudah lewat. Tersisa, tiga minggu dan tiga hari. Itu berarti, perlu tenaga super ekstra untuk mengejar ketertinggalan. Tentu, bagi paslon yang mungkin surveinya masih rendah. Pun, bagi paslon yang unggul, sisa menghitung hari mempertahankan keunggulan yang telah ditorehkan.
Sekadar berbagi, ada beberapa catatan mengapa Pilwalkot Makassar begitu diminati.
***
Pilwalkot Makassar, memang seksi. Tidak hanya sebatas jabatan yang prestisius. Tapi, lebih dari itu.
Pilwalkot Makassar menjadi penyambung benang merah untuk meraih kursi gubernur di Pilgub Sulsel. Pemenang di pilwalkot, jelas punya andil untuk Pilgub Sulsel mendatang. Bahkan, tidak itu saja. Pilwalkot Makassar, menjadi arena elite nasional, karena salah satu ladang suara.
Jadi, tak heran jika Pilwalkot Makassar melibatkan tokoh-tokoh Jakarta. Terkhusus, elite partai politik. Itu juga karena Makassar punya penduduk terbesar. Juga, sebagai ibu kota Sulsel.
Jadi, mafhum jika banyak "gajah" yang ikut terlibat. Hanya, memang, masyarakat Makassar adalah masyarakat perkotaan. Pada umumnya; cerdas, hidup mandiri, dan lebih mudah mendapatkan informasi. Tentu, berbeda dengan masyarakat pedesaan.
Ini juga yang akan berpengaruh pada "serangan fajar" sebagai senjata pamungkas. Bisa jadi, "fajar-nya" diambil, pas di bilik suara, tetap pada pilihannya. Lalu, siapa paslon yang paling berpeluang di Pilwalkot Makassar?
***
MAAF. Kata ini, saya pilih sebagai pembuka. Bukan karena khawatir. Tapi, saya meyakini betul, ada paslon dan atau pendukung dan simpatisannya yang merasa kecewa. Berharap, tulisan ini tidak memunculkan kekecewaan. Tapi, sebagai pemantik semangat untuk waktu yang tersisa.
Satu lagi, insya Allah, saya mencoba objektif melihat konstalasi politik yang ada. Mencoba untuk berada di semuanya. Walau, memang, fakta kebenaran perlu dikabarkan. Itu tadi, sebagai pemantik semangat. Dan, intinya, petik positifnya.
Pertama, merujuk hasil survei Celebes Research Centre (CRC). Pasangan Adama berada di angka 40,4 persen. Appi-Rahman 23,5 persen. Dilan 14,0 persen. Dan, Imun 6,5 persen.
Data ini menunjukkan, perlu kerja keras bagi tim Appi-Rahman, Dilan, dan Imun untuk mengejar. Karena, angka 40 persen "begitu tangguh" untuk komposisi empat paslon yang bertarung.
Kedua, jumlah empat paslon, memang agak sulit jika ada paslon yang dari awal sudah mendominasi. Adama, memang tidak tepat jika disebut petahana. Tapi, bagian dari itu, juga tidak terlalu keliru hehehe. Sehingga, dengan komposisi empat paslon, peluang Adama dengan pendukung yang loyal, tampaknya membuat paslon lain perlu kerja keras.
Namun, bukan berarti paslon lain tidak berpeluang. Sisa waktu, --sekali lagi harus kerja ekstra-- masih memungkinkan untuk mengubah sesuatu. Bukankah politik itu seni yang mungkin menjadi tidak mungkin atau sebaliknya?
Paslon Appi-Rahman, misalnya. Tim paslon ini, cukup kreatif di lapangan. Dengan mengandalkan wanita-wanita cantik untuk bagi-bagi alat peraga masker Appi-Rahman, itu juga jadi salah satu trik. Dan, itu sampai ke masyarakat. Pada akhirnya, memang, tergantung pemilihnya.
Keberadaan Rahman Bando yang juga birokrat, sedikit banyak punya pengaruh. Jika Rahman baik, jelas banyak mantan 'stafnya' yang mencintainya. Belum lagi, keluarga Enrekang.
Begitu pun dengan Dilan. Pasangan ini, juga punya potensi besar. Itu karena Dilan didukung partai penguasa saat ini. Dan, gubernur Sulsel, Nurdin Abdullah, "besar" dari partai berlambang banteng moncong putih ini.
Jika loyalis Nurdin Abdullah mendukung Dilan, ini juga ancaman. Baik untuk paslon Adama, terkhusus paslon Appi-Rahman.
Tapi, suara paslon Appi-Rahman, paling berpotensi tergerus. Kok, bisa? Soal ini, biarlah jadi catatan yang bersambung. Tapi, pastinya, salah satunya, ini juga terkait ketua tim pemenangan dan persaingan Pilgub Sulsel. Perlu digarisbawahi, ini sekadar prediksi saja.
Kisah lain, teman dekat saya pernah bercerita. Di suatu kesempatan, mantan Mentan RI, Amran Sulaiman pernah bertemu dengan Ilham Arief Sirajuddin, -- sosok paling berperan di paslon Dilan. Nah, jika Amran Sulaiman juga gabung di Dilan, itu juga jadi amunisi besar. Tapi, sebagai tambahan, politik itu dinamis. Dalam hitungan detik, bisa berubah.
Lalu, bagaimana paslon Imun (Irman-Zunnun)? Paslon ini juga bergerak dengan strategi khusus. Jelas, Irman-Zunnun yang didukung partai besar, juga tetap punya kans yang terbuka. Terlebih lagi, nama besar di belakang paslon nomor 4 ini.
Hanya, memang, merujuk fakta lapangan, paslon Adama saat ini --sekali lagi saat ini-- masih dominan merebut hati pendukungnya. Sebagai catatan, dan saya punya datanya, ratusan komunitas untuk Adama, terbangun secara sukarela dari grasroot. Dan, ini, sebagai lonceng pengingat paslon lain, perlu menjadi pemantik semangat untuk lebih maksimal.
Sebagai catatan, dalam politik, semua peluang terbuka. Tinggal bagaimana memanfaatkannya. Dan, penuh harap, Pilwalkot Makassar berjalan demokratis dan damai. Menghasilkan pemimpin yang dicintai rakyatnya.
Satu lagi, sebaiknya "permainan" yang ujungnya mengorbankan rakyat, dihindari. Jika kita umat beragama, bukankah semua sudah ditentukan Yang Maha Kuasa. So, stop black campaign atau saling fitnah. Bersainglah sehat. Sehingga menjadi panutan bagi generasi mendatang. Inilah harapan kami untuk para calon wali kota dan wakil wali kota yang terhormat! (Habis)