Gampang Terenyuh, Kisah Kedermawanan Pangdam Andi Sumangerukka yang Bikin Prajurit Geleng-Geleng Kepala
SUATU sore. Di akhir pekan, Sabtu (27/3/2021). Bertempat di salah satu warung kopi. Lokasinya, Panakkukang. Seorang prajurit berkisah soal pimpinannya. Sosok yang luar biasa di matanya.
Ia terlihat sedih. Karena, Sang Jenderal akan berakhir masa pengabdiannya. Sambil menerawang, ia mengingat kebaikan Sang Jenderal itu.
Sosok pimpinan yang dimaksud sang prajurit itu, adalah Mayor Jenderal TNI, Andi Sumangerukka, SE, MM. Pria kelahiran Makassar, 11 Maret 1963. Kendati, Andi Sumangerukka kecil, tumbuh, dan besar di Kota Kendari. Darah Bugisnya tetap melekat.
Sekadar informasi, Mayjen Andi Sumangerukka terlahir dalam keluarga TNI. Sang ayah adalah Mayor TNI (purn) H Syam Daud rahimahullah. Ibunya, Hj Andi Azizah rahimahallah. Andi Sumangerukka tercatat sebagai lulusan Akmil 1987.
Andi Sumangerukka kecil dan remaja mengenyam pendidikan di Kendari dan Makassar. Sampai akhirnya, ia mendapat tugas baru sebagai jenderal asal Bugis pertama yang memegang tongkat komando Kodam XIV Hasanuddin. Itu, cukup lama setelah seniornya; HZB Palaguna, ketika masih bernama Kodam VII Wirabuana.
Jenderal bintang dua ini, juga pernah diberi gelar kehormatan adat Buton. Gelarnya adalah Laode Lakina Umane Lipu.
Mengapa prajurit itu begitu sedih? Rakyatku.com, mencoba menelusuri. Dengan jujur, sang prajurit itu berkisah. Ia mengatakan, Puang, --demikian ia memanggil Andi Sumangerukka-- telah membawa perubahan yang luar biasa di lingkup Kodam XIV Hasanuddin. "Beliau pemimpin yang betul-betul mencintai prajuritnya. Beliau pun sangat dicintai," tandasnya, meyakinkan.
Pernyataan prajurit asal Jeneponto ini pun, bukan tanpa argumen. Sering mengikuti Sang Jenderal, ia tahu betul bagaimana sosok dan kebaikan Sang Jenderal.
Jenderal yang Dermawan
Andi Sumangerukka, dikenal sebagai sosok dermawan. Tak peduli, berapa besar dana yang dikeluarkan. Terpenting, itu bisa membantu dan bermanfaat bagi banyak orang.
"Pernah kita singgah salat Jumat. Puang lihat, masjidnya ada atapnya yang rusak. Terus, dia bilang kepada ajudan, 'tolong, kasih Rp50 juta untuk masjid itu ya'," kata sang prajurit menirukan Andi Sumangerukka.
Bantuan Jumat Berkah, juga rutin dilakukan. "Tapi, saya lihat, bukan hanya Jumat Berkah. Bantuan Puang, justru tiap hari," katanya, sambil geleng-geleng kepala memuji Sang Jenderalnya.
Ia mencontohkan, saat main tenis saja, banyak warga yang datang. "Kalau Puang sudah lihat warga begitu, pasti hatinya langsung terketuk. Minta ajudan berbagi sama semua warga yang hadir. Dan, betul-betul, Puang ikhlas untuk itu semua," katanya, sambil memperlihatkan foto Andi Sumangerukka bersama warga.
Miliaran dari Kantong Sendiri
Bukan rahasia lagi, jika wajah Kodam XIV Hasanuddin sekarang, berbeda dengan sebelumnya. Semua ruangan disulap bak hotel. Bahkan, tempat tidur para prajurit yang posko pun semua dirombak total.
Tidak hanya itu, rumah jabatan Pangdam pun telah diperbaiki sedemikian rupa. Begitu cantik. "Bahkan, pagarnya saja diganti sudah ratusan juta. Dan itu, dana pribadi Puang," tandasnya.
Belum lagi, misalkan, bus eksekutif yang punya WC di atasnya dibelikan khusus untuk Kodam XIV Hasanuddin. Bus itu dua unit. Dua unit itu harganya miliaran.
Ditambah, puluhan mobil ambulance yang dikhususkan untuk membantu rakyat. "Kalau soal ambulance itu, Puang pernah berpesan untuk membantu siapa pun. Dan itu, Puang pesankan, jangan ada yang pungut bayaran," terangnya, mengingat kebaikan Sang Jenderal.
Insentif Tambahan
Andi Sumangerukka, juga tak segan-segan membantu prajuritnya. Tidak hanya sebatas insentif yang jutaan kepada semua staf. Tapi, juga warga yang membutuhkan pun dibantu. "Ada juga warga yang melapor rumahnya sudah mau rubuh. Puang langsung beri bantuan. Sekarang, rumahnya itu sudah cantik," urainya.
Bicara soal staf dan prajurit, jangan dibilang lagi. Berbagai hadiah, diberikan secara cuma-cuma. "Puang itu, kalau nyumbang tidak main-main. Nilainya besar. Ikhlas betul. Kepada prajurit yang butuh, juga langsung. Jujur, dari dalam hati yang paling dalam, ini betul-betul berbeda. Saya tahu, banyak orang kaya. Tapi, saya baru dapat orang ikhlas seperti ini," kisahnya, sambil berkaca-kaca.
Saat disinggung idola Sang Jenderal, prajurit ini pun menyebut nama Jenderal M Jusuf. Ya, Andi Sumangerukka mengidolakan pria bernama lengkap Andi Muhammad Jusuf Amir, yang akrab disapa Jenderal M Jusuf. Panglima ABRI (sekarang TNI, Red) di masa pemerintahan Soeharto. Sosok yang begitu dicintai prajuritnya.
"Kita doakan, apa yang dilakukan Puang, semua bernilai ibadah. Mudah-mudahan, di mana pun beliau mengabdi suatu hari, selalu diberikan yang terbaik. Sama seperti membantu prajuritnya dan banyak orang selama ini," katanya, penuh harap.
Ungkapan hati sang prajurit ini, --mungkin masih banyak prajurut Kodam XIV Hasanuddin lainnya--, hanya sekadar gambaran. Bahwa pemimpin yang dicintai akan membekas dalam benak bawahannya. Dan itu, akan menjadi cerita para prajurit itu di masa yang akan datang. Bahkan, kepada anak cucu mereka.
Berharap, semoga kisah sang prajurit ini tentang sosok Mayjen Andi Sumangerukka, bisa menjadi inspirasi. Bagi, saya dan Anda... Kita, semua...Semoga! (*)