Akselerasi Kinerja Ekspor
Ekspor memegang peranan penting dalam perekonomian sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi. Aktivitas ekspor memungkinkan suatu daerah mengenalkan produk unggulannya, memperluas pangsa pasar, membuka lapangan kerja dan menambah devisa.
Berdasarkan series data PDRB pengeluaran peranan ekspor dalam perekonomian Sulawesi Selatan sebesar 4 hingga 5 persen.
Berlarutnya pandemi membawa dampak pada perekonomian, termasuk ekspor. Nilai ekspor yang dikirim melalui pelabuhan Sulawesi Selatan pada masa sebelum pandemi berada pada kisaran US $ 1,16 milar di tahun 2018 dan US $ 1,21 miliar di tahun 2019.
Memasuki tahun pandemi, nilai ekspor menurun sebesar 1,17 persen di kisaran US $ 1,19 miliar. Meski mengalami kontraksi cukup dalam ternyata ekspor mempunyai kemampuan rebound lebih cepat.
Secara bulanan dampak pandemi terlihat pada ekspor bulan Mei dan Juni 2020. Pada bulan-bulan berikutnya sudah mampu bangkit meskipun masih di bawah capaian tahun sebelumnya.
Berdasarkan rilis ekspor impor BPS Sulawesi Selatan tanggal 2 Agustus 2021, kumulatif nilai ekspor yang dikirim melalui pelabuhan Sulawesi Selatan sampai dengan Juni 2021 mencapai US $ 614 juta.
Raihan ini lebih tinggi 13,28 persen dibanding periode yang sama tahun 2020. Bahkan tumbuh 25,19 persen dibanding situasi normal periode 2019.
Melihat deretan fakta di atas, menunjukkan bahwa ekspor mampu diandalkan sebagai pengungkit perekonomian. Namun demikian, dalam upaya akselerasi kinerja ekspor masih terdapat beberapa catatan.
Diversifikasi Komoditas Ekspor
Tumpuan terbesar ekspor Sulawesi Selatan selama ini adalah kelompok komoditas nikel yang memberikan kontribusi di atas 60 persen.
Sejatinya terdapat sepuluh kelompok komoditas yang berkontribusi tinggi dalam total ekspor namun masih terdapat disparitas nilai cukup besar dengan ekspor nikel.
Sesuai dengan data kumulatif ekspor sampai dengan Juni 2021, kelompok komoditas biji-bijian berminyak dan tanaman obat menduduki peringkat kedua penyumbang ekspor sebesar US $ 53,18 juta. Nilai ini berarti hanya seperdelapan dari ekspor nikel.
Sementara untuk delapan komoditas utama lainnya hanya mampu berkontribusi di bawah US $ 45 juta. Disparitas yang cukup lebar ini setidaknya mampu memberikan isyarat bahwa perlu dilakukan upaya untuk mengungkit akselerasi ekspor komoditas lainnya mengingat nikel merupakan sumber daya tak terbarukan. Diversifikasi komoditas ekspor diperlukan agar mampu menjangkau lebih banyak konsumen dunia.
Jika diperhatikan, komoditas yang memiliki nilai ekspor cukup kompetitif sebagian merupakan produk primer. Sementara saat ini, pasar dunia didominasi tren ekspor manufaktur.
Oleh karena itu pemerintah harus mendorong ekspor ke arah produk manufaktur agar mampu memberikan daya ungkit lebih besar bagi perekonomian.
Program pemerintah berupa pemberdayaan ekonomi kerakyatan melalui hilirisasi komoditas (pertanian, perikanan, kehutanan dan pertambangan) sudah sejalan dengan tujuan ini. Namun, masih diperlukan implementasi yang lebih konkret.
Dalam proses hilirisasi komoditas hendaknya dilakukan manajemen bahan baku pada proses produksi berupa minimalisasi bahan baku dari impor. Pemerintah kiranya mendorong dunia usaha untuk inovatif dengan sedikit menggunakan bahan baku impor dan kreatif memanfaatkan bahan baku lokal.
Perluasan Pangsa Pasar
Selain diversifikasi komoditas ekspor, perlu dilakukan upaya perluasan pangsa pasar melalui penguatan fasilitasi dan informasi. Selama ini negara tujuan ekspor Sulawesi Selatan didominasi Jepang.
Pada periode Januari-Juni 2021 pangsa pasar Jepang mencapai 71 persen. Sementara posisi kedua adalah Tiongkok dengan kontribusi 19 persen. Ekspor ke negara lainnya besarannya masih kecil di bawah US $ 5 juta.
Simpangan nilai ekspor menurut negara tujuan masih sangat besar. Upaya promosi dagang secara offline maupun online, business matching, dan perjanjian perdagangan dengan negara-negara pasar potensial menjadi program prioritas.
Kebijakan pemanfaatan platform e-commerce untuk promosi dan pemasaran produk perlu didukung dengan regulasi yang tepat.
Penambahan Calon Eksportir Baru
Dunia yang semakin terbuka dengan akses informasi yang luas memungkinkan semua orang bisa memasarkan produknya ke luar negeri. Namun keterbatasan informasi dan sarana belajar menyebabkan peluang ini seringkali terlewat.
Kementerian Perdagangan telah melakukan inisiasi melalui Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (PPEI) yang bertujuan meningkatkan jumlah dan kemampuan eksportir terutama UKM.
Namun, jangkauan lembaga ini masih terbatas. Untuk itu diperlukan terobosan agar UKM go international mampu mencakup semua kalangan dengan berbagai latar belakang. Sistem coaching antara eksportir berpengalaman dengan calon eksportir dirasa tepat agar pelatihan lebih efektif dan aplikatif.
*Darma Endrawati adalah fungsional statistisi BPS Provinsi Sulawesi Selatan