RAKYATKU.COM - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) masuk dalam daftar Fortune Southeast Asia 500 tahun 2025. Daftar yang dirilis tahunan oleh Fortune ini memuat 500 perusahaan dengan pendapatan terbesar di kawasan.
Fortune Southeast Asia 500 adalah daftar yang dirilis oleh majalah Fortune yang berisi 500 perusahaan terbesar di Asia Tenggara berdasarkan pendapatan. Daftar ini mencakup tujuh negara yakni Indonesia, Thailand, Malaysia, Kamboja, Vietnam, Filipina, dan Singapura.
Pada tahun 2024, perusahaan mencatat pendapatan sebesar 950,4 juta dolar dan laba bersih sebesar 57,8 juta dolar. Ini mengukuhkan posisi PT Vale sebagai salah satu pemain utama di sektor industri, energi, dan sumber daya alam di Asia Tenggara. Dalam menghadapi tekanan ekonomi global dan tren penurunan harga nikel, PT Vale tetap menunjukkan performa positif.
Plt. Presiden Direktur dan CEO PT Vale Indonesia Tbk, Bernardus Irmanto, menyampaikan bahwa capaian ini mencerminkan strategi jangka panjang yang konsisten dan komitmen terhadap keberlanjutan.
“Masuknya PT Vale dalam daftar Fortune Southeast Asia 500 merupakan tonggak penting yang mencerminkan kekuatan strategi jangka panjang kami, operasi yang disiplin, dan komitmen tanpa henti terhadap pertumbuhan yang berkelanjutan,” kata Irmanto.
Baca Juga : PT Vale Bangun Literasi Keberlanjutan lewat Jurnalisme Komunitas di Morowali
Pencapaian ini menandai pengakuan terhadap kinerja keuangan, keberlanjutan operasional, dan kontribusi PT Vale dalam membentuk lanskap ekonomi Asia Tenggara. Masuknya PT Vale juga bertepatan dengan momentum 57 tahun kiprah perusahaan di Indonesia.
“Pengakuan ini terasa istimewa karena bertepatan dengan lebih dari lima dekade kehadiran kami di Indonesia. Ini menjadi penegasan bahwa nilai-nilai dan visi kami tetap relevan di tengah dinamika global saat ini,” tambahnya.
Sejak berdiri tahun 1968, PT Vale dikenal konsisten mengedepankan pertambangan berkelanjutan, inovasi, dan tanggung jawab sosial. Tiga proyek strategis Bahodopi, Pomalaa, dan Sorowako menjadi fondasi kontribusi Vale dalam membangun rantai pasok nikel yang tangguh dan rendah karbon. Inisiatif ini selaras dengan agenda hilirisasi nasional dan ambisi Indonesia menjadi pemain utama dalam industri kendaraan listrik dunia.
“Keberhasilan finansial dan keberlanjutan bukanlah dua hal yang saling bertentangan. Pengakuan ini menjadi bukti bahwa menjalankan bisnis secara bertanggung jawab bukan hanya keputusan yang tepat, tetapi juga jalur menuju keberhasilan jangka panjang,” jelas Irmanto.
