RAKYATKU.COM, MAKASSAR — Pertumbuhan ekonomi Sulsel cukup menjanjikan di triwulan III 2024, yakni 5,08 persen. Capaian tersebut di atas nasional yang hanya 4,95 persen pada periode yang sama.
Data yang dilansir dari OJK Sulselbar menunjukkan pertumbuhan PDRB Sulsel triwulan III 2024 disumbang oleh 12 bidang. Tertinggi adalah sektor pertanian dengan nilai 20,37 persen, naik 6,37 persen (yoy), kemudian disusul oleh perdagangan besar dan kecil dengan nilai 16,05 persen, naik 5,16 persen (yoy). Posisi ketiga ditempati oleh industri pengolahan dengan nilai 13,32 persen, mengalami peningkatan 4,19 persen (yoy).
Namun, jika dipantau dari peningkatan komoditas, sektor pendidikan menempati posisi tertinggi dengan angka 8,29 persen (yoy). Akan tetapi, sumbangan PDRB-nya hanya 5,4 persen.
Peningkatan yang signifikan juga ditunjukkan oleh perbankan Sulsel. Hingga September 2024, aset perbankan di Sulsel mencapai Rp199,36 triliun, naik 7,23 persen (yoy) dari Rp192,17 triliun. Dana pihak ketiga (DPK) per September 2024 mencapai Rp133,76 triliun, naik 8,71 persen (yoy) dari Rp127,67 triliun. Begitu pula dengan kredit per September 2024, yang nilainya mencapai Rp163,29 triliun, naik 6,9 persen dari Rp157,62 triliun.
Kepala OJK Sulselbar, Darwisman, mengatakan bahwa hingga September 2024, penghimpunan DPK tercatat sebesar Rp133,76 triliun atau tumbuh 8,71 persen (yoy). DPK masih didominasi oleh tabungan sebesar Rp78,22 triliun (58,48 persen), deposito sebesar Rp34,01 triliun (25,43 persen), dan giro sebesar Rp21,53 triliun (16,09 persen).
Untuk DPK tertinggi masih dipegang Makassar dengan nilai Rp82,07 triliun (share 62,54 persen). Kemudian disusul oleh Palopo dengan angka Rp5,68 triliun (share 4,33 persen). Posisi ketiga Parepare dengan angka Rp5,18 triliun (share 3,95 persen).
Baca Juga : Semester Pertama Tahun Ini, OJK Target Penyaluran KUR Rp15 Triliun di Sulsel*
Penyaluran kredit tertinggi di Sulsel juga dipegang Makassar dengan angka Rp84,87 triliun (share 53 persen). Kedua oleh Palopo dengan angka kredit Rp10,75 triliun (share 6,71 persen), dan selanjutnya Parepare sebesar Rp8,41 triliun (share 5,25 persen).
“Untuk NPL (pinjaman perbankan yang tidak terbayar), tertinggi adalah Kabupaten Takalar dengan angka 9,21 persen. Kedua Barru dengan angka 3,45 persen, ketiga Makassar 3,42 persen, keempat Parepare 3,06 persen, dan kelima adalah Luwu Timur dengan angka 2,98 persen,” kata Darwisman saat menggelar Jurnalis Update di Cafe Negeri Sembilan CPI, Jumat, 15 November 2024.
Lebih lanjut, Darwisman menuturkan tingkat risiko kredit perbankan di Sulsel masih tetap terjaga di posisi 2,91 persen dan berada di bawah ambang batas (threshold) sebesar 5 persen. Berdasarkan kegiatan, Non-Performing Loan (NPL) bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) masing-masing sebesar 2,90 persen dan 3,03 persen. Adapun indikator fungsi intermediasi (LDR) mencapai 124,35 persen.
Baca Juga : Semester Pertama Tahun Ini, OJK Target Penyaluran KUR Rp15 Triliun di Sulsel*
Penyaluran KUR di Sulsel hingga 24 Oktober 2024 telah tersalurkan sebesar Rp14,26 triliun kepada 260.985 debitur. Penyaluran KUR terbesar pada sektor pertanian sebesar Rp6,41 triliun dengan share 44,96 persen dan sektor perdagangan sebesar Rp4,89 triliun dengan share 34,33 persen. Penyaluran KUR didominasi oleh segmentasi mikro dengan penyaluran mencapai Rp11,53 triliun dengan share 80,90 persen.
“Untuk pertama kalinya, penyaluran KUR di Bone mengalahkan Makassar dengan nilai Rp1,468 triliun. Di mana Makassar hanya menempati posisi kedua dengan nilai Rp1,446 triliun,” ucapnya.