Rabu, 15 Februari 2023 10:57

Presiden Negara Musuh Bebuyutan As dan Israel Berkunjung ke China

Syukur Nutu
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Presiden Xi Jinping memuji solidaritas antara China-Iran dan hubungan kedua negara yang makin erat saat menjamu Presiden Raisi. (AP/Yan Yan)
Presiden Xi Jinping memuji solidaritas antara China-Iran dan hubungan kedua negara yang makin erat saat menjamu Presiden Raisi. (AP/Yan Yan)

China dan Iran menghadapi tekanan dari negara-negara Barat atas posisi mereka dalam serangan Rusia ke Ukraina, yang diluncurkan hampir setahun lalu

RAKYATKU.COM - Presiden Iran, Ebrahim Raisi melakukan kunjungan ke dan tiba di China pada Selasa (14/2/2023). Kunjungan presiden negara musuh bebuyutan AS dan Israel itu untuk memulai kunjungan tiga hari yang bertujuan guna memperkuat kerja sama ekonomi dan mengonsolidasikan hubungan antarkedua negara.

Raisi direncanakan akan mengadakan pembicaraan pribadi dengan Presiden China Xi Jinping di ibu kota Beijing. Mereka diperkirakan akan menandatangani sejumlah "dokumen kerja sama", kata Teheran.

Iran dan China memiliki ikatan ekonomi yang kuat, terutama di bidang energi, transit, pertanian, perdagangan, dan investasi, dan pada 2021 menandatangani "pakta kerja sama strategis" selama 25 tahun.

Baca Juga : Iran Berjanji Balas Pembunuhan Ismail Haniyeh oleh Israel

Perlu diketahui, Raisi dan Xi bertemu untuk pertama kalinya September lalu di Uzbekistan pada pertemuan puncak Organisasi Kerjasama Shanghai, di mana presiden Iran menyerukan perluasan hubungan.

Menurut kantor berita negara Iran IRNA, Raisi akan mengambil bagian dalam pertemuan dengan pengusaha China dan warga Iran yang tinggal di negara tersebut.

China adalah mitra dagang terbesar Iran, kata IRNA, mengutip statistik 10 bulan dari otoritas bea cukai Iran. Ekspor Iran ke Beijing mencapai US$ 12,6 miliar, sementara Iran mengimpor barang senilai US$ 12,7 miliar dari China.

Baca Juga : Timnas Indonesia Kalah Telak dari Iran, Shin Tae-yong: Pemain Sudah Bekerja Keras

Juru bicara kementerian luar negeri China Wang Wenbin mengatakan Raisi juga akan bertemu dengan Perdana Menteri Li Keqiang dan legislator top China Li Zhanshu.

"China dan Iran menikmati persahabatan tradisional dan merupakan pilihan strategis kedua belah pihak untuk mengkonsolidasikan dan mengembangkan hubungan Tiongkok-Iran," kata Wang, dikutip AFP.

Beijing ingin "memainkan peran konstruktif dalam meningkatkan persatuan dan kerja sama negara-negara di Timur Tengah dan mempromosikan keamanan dan stabilitas kawasan", tambahnya.

Baca Juga : Dibantai Iran, Pemain Timnas Indonesia Akui Dapat Pembelajaran Berharga

Kunjungan pertama Raisi ke China terjadi beberapa hari setelah dia mengumumkan kemenangan atas gerakan protes nasional yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini yang berusia 22 tahun, menyusul penangkapannya atas dugaan pelanggaran aturan berpakaian wanita Iran.

Pihak berwenang mengatakan ratusan orang, termasuk puluhan personel keamanan, tewas dan ribuan ditangkap selama protes yang umumnya mereka sebut sebagai "kerusuhan".

Pengadilan telah menghukum mati 18 orang sehubungan dengan protes tersebut, menurut penghitungan AFP berdasarkan pengumuman resmi. Empat orang telah dieksekusi, memicu kemarahan internasional.

Baca Juga : Tekanan Barat Mendekatkan Tiongkok dan Rusia

China dan Iran menghadapi tekanan dari negara-negara Barat atas posisi mereka dalam serangan Rusia ke Ukraina, yang diluncurkan hampir setahun lalu.

Iran telah muncul sebagai salah satu dari sedikit sekutu Rusia yang tersisa karena Moskow telah didorong lebih dalam ke dalam isolasi internasional atas invasi tersebut.

Teheran menghadapi tuduhan dari negara-negara Barat bahwa pihaknya telah memasok drone bersenjata ke Rusia untuk digunakan dalam perang di Ukraina. Tuduhan itu dibantah.

Baca Juga : Negara-negara BRICS Serukan Penolakan Standar Ganda Dalam Melindungi HAM

Pada Desember, Washington menguraikan apa yang dikatakannya sebagai hubungan yang luas antara Iran dan Rusia yang melibatkan peralatan seperti helikopter dan jet tempur serta drone, dengan item terakhir menghasilkan sanksi baru AS.

Sementara itu, serangan Moskow di Ukraina adalah masalah sensitif bagi Beijing, yang berusaha memposisikan dirinya sebagai netral tetapi menawarkan dukungan diplomatik kepada sekutu strategisnya, Rusia.

Sumber: CNBC Indonesia

#Iran #China