RAKYATKU.COM, BOGOR - Sinergitas yang kuat menjadi unsur penting dalam upaya mempercepat proses diseminasi informasi melalui kanal yang dimiliki instansi pemerintah.
Hal itu disampaikan Direktur Jenderal (Dirjen) Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) RI, Usman Kansong, saat menyampaikan sambutan pertemuan Bakohumas yang dihelat di Kampus Polbangtan Bogor Kementerian Pertanian (Kementan), Rabu (10/8/2022).
Menurut Usman, tema yang dibahas, yakni Kesiapan Menghadapi Krisis Pangan, sesuai dengan kondisi yang tengah dihadapi dunia global, seperti dampak perubahan iklim, perang Ukraina dan Rusia, serta pandemi Covid-19.
Baca Juga : Mentan RI Amran Tinjau Lokasi Sebelum Kunker Presiden Jokowi di Bone
"Kata krisis mampu memicu keresahan masyarakat dan dapat memunculkan persepsi negatif terhadap kondisi bangsa ini," kata Usman.
Instabilitas yang terjadi akibat krisis ekonomi yang terjadi di Sri Lanka, menurutnya, menjadi contoh bagaimana ada pihak yang mencoba mendengungkan krisis hal yang sama juga akan terjadi di Indonesia.
"Namun, data pertumbuhan ekonomi nasional yang dirilis BPS menunjukkan sebaliknya. Pada kuartal II 2022 mencapai 5,44 persen. Bahkan, stok beras di posisi akhir Juni 2022, 9,71 juta ton, produksi juga melebihi target. Hal inilah yang harus disampaikan kepada masyarakat agar publik tenang," imbuhnya.
Baca Juga : Mentan Serahkan Bantuan Pertanian Senilai Rp410 Miliar untuk Bencana di Sulsel
Selain beras, menurut Usman, masih ada potensi sumber pangan utama lain yang bisa diberdayakan, seperti jagung dan porang.
Seperti diketahui, dalam berbagai kesempatan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menginstruksikan jajarannya untuk mewaspadai dan mengantisipasi krisis pangan dan energi.
Mengenai hal itu, Kementan telah menyiapkan sejumlah strategi agar kebutuhan pangan nasional tetap tercukupi.
Baca Juga : Indonesia Jalin Kerjasama Teknologi Pertanian dengan Iran
Strategi pertama diungkapkan oleh Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri, yaitu melalui peningkatan kapasitas produksi pangan untuk komoditas pengendali inflasi, seperti cabai dan bawang merah serta untuk mengurangi impor, seperti gula tebu dan daging sapi.
"Selain itu, Kementan juga mulai mengembangkan pangan substitusi impor, seperti ubi kayu, sorgum, dan sagu untuk substitusi gandum, domba, atau kambing, serta itik untuk substitusi daging sapi," beber Kuntoro.
Melalui forum ini, Usman dan Kuntoro mengharapkan sinergitas maupun peran aktif pihak-pihak yang menangani kehumasan dalam bentuk penyebarluasan informasi tentang pertanian Indonesia yang siap menghadapi segala kemungkinan sehingga dapat diapresiasi dan mendapat dukungan masyarakat luas.
Baca Juga : Pj. Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran atas Solusi Cepat Bagi Petani
"Pada intinya, kita gaungkan data yang valid dan langkah-langkah yang diambil pemerintah agar kita tidak berkutat pada ketakutan akan krisis pangan, namun bergerak mengantisipasi krisis tersebut," tutup Usman.