RAKYATKU.COM - Seorang komandan marinir di lini pertahanan terakhir Ukraina di Kota Mariupol yang dikepung tentara Rusia merilis pesan video pada Rabu (20/4/2022) pagi waktu setempat.
Menurutnya, ia dan anak buahnya hanya punya waktu beberapa jam lagi.
Dalam video, Mayor Serhiy Volyna mengatakan pasukannya tidak akan menyerah.
Baca Juga : Tekanan Barat Mendekatkan Tiongkok dan Rusia
Namun, ia memohon bantuan internasional untuk 500 serdadu yang terluka dan ratusan perempuan dan anak-anak yang bersembunyi bersama pasukannya di sebuah pabrik baja di Mariupol.
"Ini adalah alamat terakhir kami di dunia ini. Ini mungkin yang terakhir. Mungkin waktu kami hanya tersisa beberapa hari atau beberapa jam lagi," kata Mayor Volyna.
"Kami berseru kepada para pemimpin dunia untuk membantu kami. Kami mendesak mereka untuk mengadakan upaya evakuasi ke negara ketiga," tambahnya.
Baca Juga : Rusia: Pemimpin Kelompok Wagner Dipastikan Tewas dalam Kecelakaan Pesawat
Pabrik baja Azovstal, yang luasnya mencapai 10 kilometer persegi, adalah posisi pertahanan terakhir tentara Ukraina di Mariupol.
"Pihak musuh mengerahkan unit-unit yang melebihi jumlah kami puluhan kali, mereka unggul di udara, artileri, pasukan infanteri, mesin-mesin, dan tank-tank," kata Mayor Volyna, komandan Brigade 36 Marinir.
Dia tidak menyebut berapa banyak tentara Ukraina yang tersisa di pabrik itu, namun menurutnya mereka "punya semangat juang yang hebat". Akan tetapi, kondisi mereka yang terluka "sangat buruk".
Baca Juga : Putin Angkat Bicara Terkait Kecelakaan Pesawat yang Diduga Tewaskan Bos Wagner
"Mereka berada di ruang bawah tanah, mereka hanya membusuk di sana," ungkapnya.
Pekan lalu, Presiden Ukraina, Voloymyr Zelensky, mengatakan bahwa dia menyakini sebanyak 20.000 orang boleh jadi tewas di Mariupol akibat gempuran Rusia di kota itu.
Jumlah itu belum termasuk orang-orang yang dibawa ke wilayah Rusia.
Baca Juga : Negara-negara BRICS Serukan Penolakan Standar Ganda Dalam Melindungi HAM
Rencana mengevakuasi 6.000 orang
Seiring dengan terpojoknya militer Ukraina di Mariupol, yang diharapkan kini adalah kesepakatan untuk menciptakan koridor kemanusiaan demi mengevakuasi perempuan, anak-anak, dan kaum lansia.
Ukraina berharap bisa mengirim sebanyak 90 bus ke Mariupol pada Rabu (20/4/2022) untuk mengevakuasi sebanyak 6.000 orang, kata Wali Kota Mariupol, Vadym Boichenko, kepada stasiun televisi nasional.
Baca Juga : Presiden Ukraina Yakin Pengiriman Jet Tempur F-16 AS Dapat Mengakhiri Invasi Rusia
Menurutnya, sekitar 100.000 warga sipil tetap berada di Mariupol dan puluhan ribu lainnya tewas ketika tentara Rusia mengepung kota itu. (*)
Sumber: BBC Indonesia