RAKYATKU.COM -- Irma Arianti Sannang, nama lengkapnya. Wanita kelahiran Makassar 16 Juni 1981 ini berstatus single parent dengan satu orang anak.
Perempuan berdarah Toraja ini menyelesaikan pendidikan strata satu pada Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Administrasi di Kota Makassar tahun 2003.
Sebelum menekuni dunia Usaha Kecil Mikro Menengah (UMKM) saat ini, dia sempat menimba pengalaman menjadi karyawan di salah perusahaan swasta.
Tidak main-main, dia bekerja di sana selama kurang lebih 18 tahun. Pada tahun 2018, dia akhirnya banting setir. Mencoba tantangan baru.
Seperti kata para mentor, dia mulai memanfaatkan hobi untuk bisnis. Irma hobi makan. Muncul ide berbisnis kuliner. Dimulai sambel yang diberi nama Sambel Petir Tanta Godek.
Tanta dalam bahasa Bugis-Makassar berarti tante atau bibi. Sementara "godek" artinya gendut. Sambel petir tante gendut? Ah ada-ada saja.
Apa yang unik dari sambel ini? Kepada wartawan Rakyatku.com, Rabu (22/12/2021), dia bercerita banyak saat ditemui di kediamannya jalan kompleks Perumahan Graha Lestari Makassar.
Rupanya bahan bakunya bukan cabai merah biasa, melainkan cabai katokkon. Salah satu cabai yang jadi ciri khas Toraja. Disebut-sebut cabai terpedas. Di atas rata-rata cabai pada umumnya.
"Saya pilih katokkon karena belum ada yang pernah mengolahnya sehingga bisa jadi ciri khas saya. Selain itu saya mencoba kearifan lokal dengan memperkenalkan hasil bumi dari daerah saya. Jadi kalau ke Toraja, orang tidak hanya mengenal kopi Toraja saja tetapi ada lombok katokkon," katanya.
Irma juga membekali dirinya dengan sering mengikuti pelatihan kewirausahaan, pelatihan cara meningkatkan omzet, sistem pemasaran, strategi dan peluang pasar dan masih banyak lagi.
Sampai-sampai dia pernah mendapat penghargaan sebagai nominator 5 besar perwakilan RKB Kota Makassar.
Juga ikut kompetisi nasional UMKM binaan BRI di acara Brinkubator 2018, perwakilan UMKM RKB Kota Makassar di acara Brillianpreneur 2019, hingga ia dianugerahi mesin penggiling lombok dari BRI.
Ia juga terlibat langsung dan turun melakukan pembinaan kepada petani di Toraja. Salah satu cara menjaga pasokan cabai agar tetap stabil walaupun kemampuan supply mereka kadang masih kurang ketika permintaan cabai melonjak terutama di bulan Ramadan, Idulfitri, Natal dan Tahun Baru. Melihat hal itu harga bahan baku sifatnya fluktuatif saya menyiasati dengan mekanisme produksi yaitu saat harga cabe turun, produksi ditingkatkan dan begitu sebaliknya.
Dengan usaha dan kerja kerasnya akhirnya Sambel Petir Tanta Godek dikenal dan bisa ditemukan di toko oleh-oleh bukan saja di Makassar tetapi ada di seluruh wilayah Nusantara.
Setahun berhasil menjual Sambel Petir Tanta Godek ternyata Indonesia dihantam badai Covid-19 Maret 2019. Pada Mei 2019, Irma harus mengurangi produksinya dan menjual nasi besek.
Saat itu daya beli masyarakat sangat turun hingga 70 persen. Akses keluar masuk pun ditutup sehingga supply bahan baku dari petani terhambat.
Otomatis penghasilannya drastis turun. Sebelum pandemi setiap bulannya ia bisa meraup keuntungan Rp22 juta bersih.
Saat pandemi turun menjadi hanya Rp8 jutaan. Hal ini masih disyukuri karena masih ada pemasukan walaupun nilainya sangat jauh dibanding teman-teman UMKM banyak yang gulung tikar.
"Saya mencoba melihat peluang apa yang bisa saya manfaatkan di tengah pandemi ini. Saya tidak mungkin tinggal diam banyak cicilan yang terus berjalan akhirnya ia menjual nasi besek dan puji Tuhan secara rata-rata per bulan sekitar 200-300 besek terjual," urai dia.
Pada awal 2021, Irma terus berinovasi dengan melahirkan produk berbahan baku lombok katokkon, yaitu lombok kuning Sultan.
Dengan mengolah sistem pemasaran reseller membuat lombok kuning Sultan ini sangat laris. Melebihi target penjualan per bulan yang awalnya ia menargetkan hanya 100botol bulan tetapi bisa menjadi 500-1000 botol.
"Mungkin karena harganya lebih murah dibanding Sambel Petir Tanta Godek. Kalau Sambel Petir Tanta Godek saya jual Rp35 ribu. Lombok Kuning Sultan hanya Rp25rb untuk reseller pun harga berbeda hingga untuk sementara tidak memproduksi lagi Sambel Petir Tanta Godek," tambahnya.
Ia berharap pandemi segera berakhir sehingga UMKM bisa hidup kembali.
"Kami juga mengharapkan ada dukungan dan bantuan dari pemerintah dan pihak terkait terhadap UMKM, baik berupa bantuan alat produksi, promosi, maupun dana.
"Saya ucapkan banyak terima kasih kepada pihak perbankan BRI yang telah membantu saya memberi fasilitas pinjaman KUR dan mesin giling lombok gratis, hingga saya bisa survive hingga saat ini," tutupnya.