Jumat, 01 Oktober 2021 16:01

BPS: September 2021 NTP Naik Tinggi, Kontribusi Tanaman Pangan dan Perkebunan

Alief Sappewali
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Kepala BPS Margo Yuwono
Kepala BPS Margo Yuwono

Kenaikan NTP disebabkan karena subsektor tanaman pangan meningkat 1,14 persen.

RAKYATKU.COM,JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut komoditas jagung, beras, dan ketela rambat menjadi kontributor kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP) pada bulan September 2021.

Angkanya mencapai 105,68 atau naik sebesar 0,96 persen (m to m). Ketiga komoditas tersebut dinilai berkontribusi pada angka NTP bulan ini karena dukungan berbagai program pemerintah untuk menjaga stabilitas produksi dan pasar.

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri mengatakan, khusus komoditas jagung saat ini memang dalam kondisi panen raya, yang terjadi hampir di semua sentra. Terutama di beberapa pulau Jawa seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Banten.

Baca Juga : Kunjungan Kerja ke Gowa, Mentan Ingatkan Distributor Pupuk Tak Macam-macam

"Begitu juga dengan kondisi di luar pulau jawa yang sedang panen raya di mana-mana. Pulau Sulawesi dan Kalimantan adalah 2 propinsi sentra yang menghasilkan produksi jagung dalam skala besar. Kami senang komoditas ini berkontribusi positif terhadap kesejahteraan," katanya, Jumat (1/10/2021).

Kuntoro berharap segenap aspek pemerintahan pusat dan daerah, menjaga momentum seperti ini melalui dukungan terhadap para petani yang sedang berproduksi. Sebab hanya dengan cara itu sektor pertanian tetap tumbuh dan tangguh.

"Sektor pertanian sangat berkaitan dengan kesejahteraan dan angka kemiskinan. Tentu kami mengajak semua komponen bangsa menjaga harga dan monentum baik ini agar tetap berlanjut dan berdampak besar pada kesejahteraan petani," katanya.

Baca Juga : Bulan Agustus, BPS Catat Inflasi Sulsel 1,77 Persen

Sebelumnya Kepala BPS Margo Yuwono dalam rilis berita statistiknya menjelaskan bahwa kenaikan NTP disebabkan karena subsektor tanaman pangan meningkat 1,14 persen, dimana indeks yang diterima petani naik sebesar 1,05 persen. Adapun komoditas yang dominan dalam kenaikan tersebut di antaranya adalah harga gabah, harga jagung, dan harga ketela rambat.

Selain itu, nilai NTP pada subsektor tanaman perkebunan rakyat juga mengalami kenaikan sebesar 2,12 persen, dimana indek yang diterima petani naik 2,17 persen. Adapun produk yang dominan dalam kenaikan ini di antaranya adalah kelapa sawit, karet, dan kakao.

Menurut Margo, hal serupa juga terjadi pada Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) bulan September 2021 yang mencapai 105,58 atau naik sebesar 0,74 persen jika dibandingkan Agustusan 2021.

Baca Juga : OJK dan BPS Umumkan Hasil SNLIK tahun 2024, Begini Temuan Surveinya

"Sama seperti NTP, kenaikan NTUP juga disumbang tanaman pangan yang mencapai 98,65 atau naikkan 0,87 persen. Kemudian tanaman perkebunan rakyat mencapai125,38 atau naik 1,90 persen," katanya.

Berikutnya, kata Margo, rata-rata perkembangan harga gabah di tingkat petani untuk bulan September 2021 juga mengalami kenaikan, dimana Gabah Kering Petani (GKP) naik sebesar 2,25 persen (MtoM) sedangkan harga Gabah Kering Giling (GKG) naik sebesar 0,19 persen. Meskipun begitu, baik GKP maupun GKG mengalami penurunan jika dihitung berdasarkan (YonY).

"Sedangkan harga gabah di tingkat penggilingan (GKP) naik 2,28 persen (M to M) dan gabah kering giling naik 0,32 persen. Secara detail rata-rata harga gabah kering panen September 2021 mencapai Rp4,548 per kilogram," tutupnya.

Baca Juga : Mentan Andi Amran Sulaiman Apresiasi Penjabat Gubernur Prof Zudan

 

#kementan #BPS