RAKYATKU.COM - Pilot seorang laki-laki, mungkin sudah banyak. Nah kalau wanita, masih sangat jarang. Yuk kita berkenalan dengan pilot wanita yang satu ini.
Namanya Maya Ghazal. Maya Ghazal adalah salah satu dari jutaan pengungsi Suriah. Tercatat hingga kini ada sekitar 79,5 juta pengungsi di seluruh dunia pada akhir 2019. Suriah menjadi negara dengan jumlah pengungsi terbanyak mencapai 6,6 juta jiwa sejak meletusnya perang pada 2011.
Maya Ghazal kini bermukim di Inggris dan dikenal sebagai pengungsi Suriah pertama yang berprofesi menjadi pilot perempuan. Berkat kegigihan, kontribusi, dan dukungannya selama 4 tahun, Maya Ghazal pun ditunjuk sebagai Goodwill Ambassador untuk Badan Pengungsi UNHCR 2021.
Baca Juga : Ternyata Makanan Pilot dan Kopilot Tidak Boleh Sama, Ini Alasannya
Semasa tinggal di Damaskus dan mengenyam pendidikan di sana, Maya memiliki cita-cita sebagai seorang diplomat. Nanum sejak perang di Suriah meletus pada 2011, semua impian Maya harus terkubur rapat-rapat. Pada 2015, Maya Ghazal dan keluarganya mengungsi dari Damaskus saat usianya 16 tahun dan menuju Inggris untuk memulai kehidupan baru.
“Saya pikir mereka memandang saya rendah sebagai seseorang yang tidak berpendidikan, tidak terampil, dan tidak layak sekolah” ujarnya dikutip dari World Economic Forum, 19 Desember 2019. Dia menekankan akan pentingya pendidikan sebagai hak setiap manusia.
Berkat kesungguhannya melanjutkan pendidikan dan mempelajari bahasa Inggris, Maya akhirnya berhasil meraih gelar di bidang Teknik Penerbangan dan Pilot di sebuah universitas di London. Hingga akhirnya pada usia 21 tahun, Maya Ghazal berhasil meraih mimpinya menjadi pilot pertama perempuan dari pengungsi Suriah Kini Maya sedang berusaha menggapai lisensi menjadi pilot maskapai penerbangan komersial.
Baca Juga : Mendebarkan, Aksi Pilot yang Menerbangkan Pesawat Melalui Dua Terowongan Jalan
Melalui kisah inspiratif yang dibagikannya, Maya mendukung gerakan inklusi terhadap pengungsi, terbukanya akses pendidikan dan peluang kerja, serta melawan stereotip negatif tentang pengungsi. Kisah tersebut dia sampaikan pada pidato di TED x Palais Des Nations Women tahun 2019.
“Kita bisa hidup, bermimpi, dan sukses seperti halnya yang dilakukan semua orang. Perbedaan kami (pengungsi Suriah) dengan kebanyakan orang hanya satu, yaitu kami kehilangan rumah kami sendiri,” tambahnya. Maya juga aktif terlibat dalam berbagai kampanye dan aktivitas positif di media sosial.
Kini Maya menyerukan perjuangan untuk inklusi pengungsi Suriah dalam melawan stereotip negatif dan mendapat hak dasar manusia terutama pendidikan.
Baca Juga : Dulunya Tukang Bersih Pesawat, Sekarang Pria Ini Diangkat Jadi Pilot