LUWU UTARA - Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang (BBWSPJ), Adenan Rasyid, mengungkapkan bahwa penanganan pascabencana banjir di Kabupaten Luwu Utara, khususnya di tiga sungai besar yang terkena dampak bencana, menjadi percontohan nasional.
Adenan mengungkapkan hal ini di hadapan Bupati Indah Putri Indriani saat dirinya melaporkan beberapa kegiatan BBWSPJ di Lutra tahun 2021 ini. “Kami perlu sampaikan bahwa Masamba ini jadi percontohan se-Indonesia untuk penanganan pascabencana banjir,” ungkap Adenan.
Salah satu penanganan yang dilakukan BBWSPJ adalah pembangunan tanggul darurat dengan metode geotextille. Menurut dia, tanggul geotextille yang dibangun di Masamba, Luwu Utara, adalah yang pertama di Indonesia, dan diikuti beberapa daerah lain yang terkena bencana.
Baca Juga : Jadi Inspektur Upacara HUT RI Ke-79, Bupati Liuwu Utara: Ini Tahun Terakhir Saya Memimpin Upacara Bendera
“Banjir di beberapa daerah, seperti di wilayah Provinsi Jawa Tengah itu, mereka juga membangun tanggul darurat dengan memakai metode perkuatan geotextille. Konstruksinya itu juga pakai geotextille semua. Sama yang kita lakukan di Masamba ini,” ungkap Adenan.
Ia mengatakan, penanganan banjir memang harus maksimal karena pemerintah ingin bencana lalu tidak terulang lagi, sehingga masyarakat bisa hidup tenang. “Pak Menteri mengontrol penanganan banjir yang kita lakukan, sehingga penanganan pun harus maksimal,” jelasnya.
Senada Adenan, Plt. Kadis PUPR, Rusydi Rasyid, mengatakan hal serupa bahwa penanganan banjir di Lutra menjadi acuan daerah lain dalam penanganan darurat. “Ternyata di daerah lain juga melakukan metode tanggul geotextile pascabencana yang terjadi,” ungkap Rusydi.
Baca Juga : Bupati Luwu Utara Letakkan Batu Pertama Pembangunan DAK Fisik Pendidikan
“Apa yang dilakukan BBWSPJ, rupanya diikuti oleh Balai-balai di wilayah lain dengan pola pembuatan tanggul geotextile. Artinya bahwa Luwu Utara adalah yang pertama menggunakan metode geotextille dalam penanganan darurat pascabencana,” pungkasnya.