Jumat, 12 Februari 2021 21:02

74 Persen Pulau di Indonesia Terancam Terendam akibat Perubahan Iklim

Alief Sappewali
Konten Redaksi Rakyatku.Com
FOTO: GOODNEWSFROMINDONESIA
FOTO: GOODNEWSFROMINDONESIA

Fokus penanganan adalah dengan mengurangi sumber penyebab perubahan iklim dan mengurangi produksi karbon.

RAKYATKU.COM - Tujuh puluh empat persen pulau di Indonesia rentan terendam. Fenomena pemanasan suhu global mengakibatkan naiknya permukaan air laut.

Ketua Tim Penasihat Menteri Perikanan dan Kelautan RI, Prof Rokhmin Dahuri mengatakan, sebagian besar pulau di Indonesia berukuran kecil. Sekitar 74 persen pulaunya berukuran di bawah 10 hektare.

Rokhmin mengungkap itu dalam webinar bertema "Membangun Perikanan yang Tangguh terhadap Perubahan Iklim", Jumat (12/2/2021). Digelar Kementerian Kelautan dan Perikanan, IPB University, dan Environmental Defense Fund (EDF).

"Pulau kecil dan pesisir sangat rentan terendam saat terjadi peningkatan air laut. Banyak kota besar di Indonesia juga berada pada wilayah pesisir. Hampir 60 persen populasi penduduk negara ini tinggal di pesisir," ungkapnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, Indonesia memiliki potensi perikanan terbesar di dunia. Bahkan sampai saat ini pemanfaatnya masih sekitar 20 persen dari potensi total.

Perikanan menyediakan lapangan kerja yang sangat signifikan. Ada 16 juta orang yang bekerja di sektor perikanan. Artinya, kata dia, seperempat orang Indonesia hidupnya bergantung pada sektor perikanan. Oleh karena itu, penting untuk menjaga laut dan perikanan Indonesia.

"Dampak dari pemanasan global harus bisa dicegah dan dikendalikan," ucap dia melalui keterangan tertulis IPB.

Menurutnya, fokus penanganan adalah dengan mengurangi sumber penyebab perubahan iklim dan mengurangi produksi karbon. Ia menilai bahwa perlu upaya yang serius dalam hal adaptasi perubahan iklim.

“Adaptasi perubahan iklim adalah proses membangun strategi antisipasi dampak perubahan iklim. Dengan pola perencanaan tata kelola perikanan yang menerapkan pembangunan berkelanjutan," kata Rokhimin.

"Misalnya dengan mengubah sumber bahan bakar kapal ikan digantikan oleh energi terbarukan. Selain itu kita perlu membudidayakan alga dan tumbuhan yang bisa menyerap karbon,” ungkap Rokhmin seperti dikutip dari Kompas.com.

Tak kalah penting adalah manajemen ekosistem yang berwawasan blue economy. Keberlanjutan lingkungan alam dan lingkungan sosial harus diperhatikan dengan baik. Hal yang paling penting adalah melindungi magrove dan koral serta rehabilitasi karang dan ekosistem laut yang sudah rusak.

 

#pemanasan global #air laut naik