Kamis, 11 Februari 2021 13:46

Sebelum Jatuh, Sriwijaya SJ 182 Nyaris Ketemu Pesawat Lain dari Arah yang Sama di Udara

Alief Sappewali
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Sebelum Jatuh, Sriwijaya SJ 182 Nyaris Ketemu Pesawat Lain dari Arah yang Sama di Udara

Pada pukul 14.39.47 WIB pesawat mulai berbelok ke kiri saat melewati ketinggian 10.600 kaki dan berada di 046 derajat.

RAKYATKU.COM - Penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 terus terungkap. Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menemukan sejumlah fakta-fakta penguat.

Kerusakan komponen pesawat diduga kuat sebagai penyebab utamanya. Khususnya trottle atau tuas pengatur tenaga mesin pesawat. Sempat diperbaiki lalu rusak kembali.

Berdasarkan temuan KNKT, pesawat Sriwijaya SJ 182 tidak melewati area awan hujan dan awan yang berpotensi menyebabkan guncangan. Itu data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

"Pesawat ini tidak melalui area dengan awan yang signifikan dan bukan area awan hujan. Juga tidak berada in-cloud turbulance atau di dalam awan yang berpotensi menimbulkan guncangan," urai Kapten Nurcahyo Utomo, ketua Sub-Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT, Rabu (10/2/2021).

Dalam komunikasi terakhir antara Air Traffic Controller (ATC) dengan pilot Sriwijaya Air SJ 182 terungkap bahwa memang terjadi masalah. Komunikasi terakhir terjadi pada pukul 14.39.59 WIB.

Pada pukul 14.38.51 WIB, pilot meminta izin pada ATC untuk berbelok ke arah 075 derajat karena kondisi cuaca dan ATC memberikan izin.

ATC kemudian memperkirakan perubahan arah itu akan membuat pesawat SJ 182 bertemu pesawat lain yang berangkat dari bandara yang sama, Bandara Soekarno-Hatta, dengan tujuan yang sama pula, yakni Pontianak.

"Maka, SJ 182 diminta berhenti naik di ketinggian 11.000 kaki," sebut Nurcahyo.

Lalu pada pukul 14.39.47 WIB pesawat mulai berbelok ke kiri saat melewati ketinggian 10.600 kaki dan berada di 046 derajat.

Kemudian ATC meminta pesawat SJ 182 naik ke ketinggian 13.000 kaki, dan mendapatkan jawaban dari pilot, yang tercatat merupakan komunikasi terakhir yang terjadi.

Setelah itu, ATC kehilangan kontak. Pesawat tersebut ternyata jatuh di sekitar Kepulauan Seribu pada 9 Januari 2021. Pesawat itu mengangkut enam awak dan 56 penumpng.

KNKT belum bisa menyimpulkan penyebab kecelakaan secara pasti. Sebab, data yang diperoleh saat ini masih bersumber dari rekaman flight data recorder (FDR) dan data air traffic controller (ATC) Bandara Soekarno-Hatta.

Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan, pihaknya masih berusaha menemukan Cockpit Voice Recorder (CVR).

CVR berisi data percakapan yang terjadi di kokpit antara pilot dan co-pilot.

Hingga saat ini, proses pencarian terhadap CVR masih dilakukan. Ada sejumlah kendala yang dihadapi KNKT di dalam proses pencarian itu, mulai dari angin kencang, gelombang air yang tinggi, hingga adanya lumpur di dasar laut.

"Dugaan kami terendam di bawah lumpur. Penyelam akan menggali secara manual sesuai wilayah-wilayah yang sudah kami kotak-kotakan," kata Ketua Sub-Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Kapten Nurcahyo Utomo.

"Mudah-mudahan tidak terlalu lama CVR bisa ditemukan," katanya.

#Sriwijaya Air SJ 182