RAKYATKU.COM - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyampaikan bahwa vaksinasi bisa dihentikan. Hal tersebut jika vaksin COVID-19 menimbulkan efek serius atau kematian.
Kepala BOPM, Penny K Lukito, mengatakan penghentian vaksinasi dilakukan untuk kepentingan investigasi. "Apabila ada indikasi bahwa memang serious adverse event-nya itu, jadi efeknya yang serius misalnya penyakit atau kematian ada kaitannya dengan produk barulah Badan POM mengambil langkah-langkah untuk mencari dan investigasi kausalitasnya," beber Penny dalam webinar, Sabtu (16/1).
"Dan apabila dibutuhkan, vaksinasi dihentikan terlebih dahulu," ucapnya.
Baca Juga : Peduli Kemanusiaan, Aliyah Mustika Ilham ajak BPOM dan KSR PMI Edukasi Ratusan Mahasiswa UMI
Penny tidak menjelaskan secara spesifik siapa pihak yang akan bertanggung jawab jika vaksin menimbulkan efek serius.
Dia hanya memaparkan surveilans dan kajian KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) dilaksanakan oleh Komite Nasional/ Komite Daerah KIPI.
Alur penanganan KIPI juga telah diatur dalam Permenkes Nomor 12 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Vaksin. Misalnya, laporan berasal dari masyarakat disampaikan kepada Puskesmas untuk diteruskan ke Dinkes Kabupaten/ Kota secara segera hingga pada akhirnya
Baca Juga : PPKM Dicabut, Dinkes Sulsel Minta Masyarakat Tetap Vaksinasi Covid-19
Penny juga menjelaskan alasan efikasi vaksin Sinovac yang menjalani uji klinis Fase III di Indonesia berbeda dengan Turki atau Brasil. Dia mengatakan perbedaan efikasi dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Misalnya uji klinisi di Brasil, seluruh relawan merupakan tenaga medis. Sedangkan di Turki adalah tenaga kesehatan sebesar 20 persen dan pekerja berisiko tinggi tertular sebesar 80 persen.
Selain itu, aktivitas relawan setelah menerima vaksin dan kondisi kasus di sebuah wilayah juga mempengaruhi efikasi.
Baca Juga : Presiden Jokowi Vaksinasi Booster Pakai IndoVac, Menkes Budi: Sangat Ampuh
"Sementara di Indonesia dibuka untuk umum. Jadi merefleksikan kondisi masyarakat secara umum. Itu akan sangat berbeda dampaknya ke efikasi," ujarnya.
Di sisi lain, Penny menyampaikan vaksin Sinovac aman berdasarkan data uji pada hewan dan manusia, mulai dari uji klinis Fase I hingga III di Indonesia, Turki, dan Brasil.
Efek samping yang ditimbulkan oleh vaksin Sinovac juga bersifat ringan, seperti nyeri, iritasi, kemerahan, dan pembengkakan.
Baca Juga : Pakai IndoVac, Presiden Jokowi Resmi Vaksin Covid-19 Dosis Keempat
"Selain itu, terdapat efek samping sistemik berupa myalgia (nyeri otot), fatigue, dan demam," kutip materi paparan yang ditampilkan.
Berdasarkan data, Sedangkan di Brasil sebesar 50,4 persen dan Turki 91,25 persen. Seluruh data efikasi itu masih bersifat interim.
Sumber: CNN Indonesia