RAKYATKU.COM -- Taruhan, apapun modelnya, terlarang. Kejadian ini menunjukkan salah satu dampak buruknya.
Persahabatan yang terjalin sejak lama akhirnya rusak. Hanya gara-gara taruhan.
Kali ini dua sahabat bertaruh tentang pemilihan presiden AS.
Baca Juga : Kalah di Pilpres, Melania Trump Dirumorkan Gugat Cerai Donald Trump
Sebelum pemilihan, Sean Hynes, seorang pendukung Trump dari St Petersburg menghubungi Jeffrey Costa, seorang kenalan yang merupakan pendukung Biden dari Atlanta.
Lewat Facebook Messenger mereka bersepkat: Jika Trump menang, Costa akan membayar $ 100. Sebaliknya, jika Biden menang, Hynes yang harus membayar.
Tapi begitu suara dihitung, Hynes menolak untuk mengakui kemenangan Demokrat, bahkan setelah penghitungan ulang, penolakan Mahkamah Agung atas gugatan pengadilan dan konfirmasi dari Electoral College.
Baca Juga : Joe Biden Terpilih Jadi Presiden AS, Pengusaha Ini Kalah Taruhan Rp94 Miliar
Costa yang berusia 50 tahun memutuskan untuk menuntut. Dia mencari $ 100, ditambah $ 250 untuk biaya pengadilan dan $ 300 sebagai bunga atas taruhan yang belum dibayar.
Dia mewakili dirinya sendiri dalam tindakan tersebut, mengajukan gugatan ke pengadilan Pinellas pada 28 Desember.
"Anda harus memiliki integritas dalam prinsip Anda untuk menindaklanjuti apa yang telah Anda usulkan," kata Costa kepada surat kabar Tampa Bay Times.
Baca Juga : Pilpres AS, Kubu Donald Trump: Kami Butuh Pertolongan Tuhan
Costa pertama kali mengirim pesan kepada Hynes pada 7 November. Sehari setelah pemilihan. Dia menagih janji Hynes.
"Bro, pemilihan ditentukan oleh pengadilan, bukan jaringan," elak Hynes. Keduanya terus bertengkar.
"Itu tidak diselesaikan oleh hukum, Sean," kata Costa. "Trump secara matematis tersingkir," lanjutnya.
Baca Juga : Penculikan Gubernur Picu Kekhawatiran Kekerasan dalam Pemilu AS
Ketika Costa kembali menagih Hynes pada Desember, Hynes malah memutuskan pertemanan di Facebook.
Bagi Costa, gugatan itu lebih dari sekadar uang.
Jika Hynes bersedia membayar taruhannya, dia bersedia membatalkan gugatan tersebut. Hynes tidak.
Baca Juga : Sejumlah Negara Bagian AS Bersiap Kemungkinan Kekerasan Jelang Pilpres
"Saya juga merasa jika Anda akan hidup di dunia pasca-fakta, ada konsekuensinya," katanya.