Rabu, 13 Januari 2021 13:22
Prof dr Abdul Muthalib, SpPD-KHOM. (Foto: Tangkapan layar YouTube Sekretariat Presiden).
Editor : Nur Hidayat Said

RAKYATKU.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) jadi orang pertama disuntik vaksin COVID-19 Sinovac, Rabu (13/1/2021).

 

Bukan hanya tentang Jokowi yang jadi perhatian publik. Adalah dokter yang menyuntikkan vaksin kepada Jokowi juga ramai dibahas.

Dia adalah Prof dr Abdul Muthalib, SpPD-KHOM. Saat menyuntikkan vaksin kepada Jokowi, dia mengaku sempat gemeteran.

Baca Juga : Pj Gubernur Sulsel Dampingi Presiden Jokowi Kunjungan Kerja di Kabupaten Bone

Abdul Muthalib merupakan Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

 

Sejak 1969, ketertarikan Abdul Muthalib pada penyakit dalam mulai terlihat, terutama sejak dirinya menaruh perhatian mendalam terhadap berbagai insiden kanker payudara yang belum ada obatnya di Indonesia.

Dia menempuh pendidikan sebagai mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan mengambil konsentrasi spesialis ilmu penyakit dalam pada 1969.

Baca Juga : Danny Pomanto Dianugerahi Satyalencana Wira Karya 2024 oleh Presiden RI Joko Widodo

Setelah lulus pada 1986, Abdul Muthalib menjadi konsultan hematologi-onkologi medik di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan menjadi anggota dari organisasi International Society of Hematology (ISH), juga supervisor organisasi International Society of Thrombosis and Haemostasis (ASTH) hingga saat ini.

Abdul Muthalib pada 1999 juga sempat mendapatkan penghargaan Asian Clinical Oncology Society.

Dia membuat berbagai karya ilmiah, di antaranya Preliminary Result of Multicenter Phase II Trial of Docetaxel (Taxotere) in Combination With Doxurubicin as First Line Chemotherapy in Indonesia Patiens With Advanced or metastatic Breast Cancer yang telah dimuat di Japanese Journal of Cancer and Chemotheraphy th 2000.

Baca Juga : Pj Gubernur Bahtiar Dipanggil Presiden Jokowi, Paparkan Rencana Pembangunan Sulsel

Selain itu, karya ilmiah lainnya yaitu prinsip-prinsip pemantauan pasien kanker rawat jalan pada tahun 1997, dan terapi pada perawatan paliatif. Juga, buku panduan untuk petugas kesehatan, perawatan paliatif dan bebas nyeri pada penyakit kanker pada tahun 2003.