RAKYATKU.COM - Direktorat Nasional Keamanan Afghanistan (National Directorate of Security/NDS), Sabtu (24/10), mencuit bahwa pasukan keamanan Afghanistan telah menewaskan Abu Muhsin al-Masri, seorang pemimpin senior Al-Qaeda yang masuk dalam daftar Teroris Paling Diburu FBI.
Al-Masri telah didakwa di AS karena memberikan bantuan materi dan sumber daya ke sebuah organisasi teroris asing, dan konspirasi untuk menewaskan warga negara AS.
NDS mengatakan Al-Masri, yang diyakini sebagai orang kedua di Al-Qaeda, tewas dalam operasi khusus di provinsi Ghazni di Afghanistan timur. Mereka menambahkan bahwa Al-Masri merupakan pemimpin tertinggi organisasi di bagian benua itu.
Baca Juga : Korban Tewas Akibat Gempa di Afghanistan Capai 1.000 Orang
Menurut Biro Penyelidik Federal AS (Federal Bureau of Investigation/FBI), kombatan Al-Qaeda yang juga dijuluki Husam Abd-al-Ra'uf, merupakan seorang warga negara Mesir.
Bulan lalu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan kurang dari 200 anggota Al-Qaeda berada di Afghanistan.
Bulan ini menandai 19 tahun sejak AS menginvasi Afghanistan untuk menumbangkan para penguasa Taliban, yang telah menampung para militan Al-Qaeda yang menyerang AS pada 11 September 2001.
Baca Juga : Gempa 6,1 SR Guncang Afghanistan, 280 Orang Tewas
AS telah menarik pasukannya secara bertahap dari Afghanistan setelah menyepakati sebuah perjanjian penting dengan Taliban pada Februari.
Perjanjian itu akan memungkinkan pasukan asing meninggalkan Afghanistan pada Mei 2021, dengan imbalan jaminan kontraterorisme dari Taliban. Kelompok itu setuju untuk merundingkan gencatan senjata permanen dan formula berbagi kekuasaan dengan pemerintah Afghanistan.
Proses perdamaian intra-Afghanistan dimulai di Doha bulan lalu. Terlepas dari perundingan itu, pertempuran antara Taliban dan pasukan pemerintah Afghanistan telah bergolak dalam beberapa pekan belakangan.
Baca Juga : Serangan Bom Saat Salat Jumat di Afghanistan, Mayat di Mana-Mana
Pekan lalu, utusan khusus AS Zalmay Khalilzad, mengatakan Taliban telah setuju untuk "menghidupkan lagi" komitmen mereka di bawah perjanjian penarikan pasukan dan mengurangi jumlah korban di negara itu.
Sumber: VOA Indonesia