Sabtu, 24 Oktober 2020 21:01

Pangkas 5 Hari Waktu Pemulihan, FDA Setujui Obat Covid-19 Pertama: Remdesivir

Nur Hidayat Said
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Ilustrasi.
Ilustrasi.

Veklury disetujui untuk digunakan orang yang berusia setidaknya 12 tahun dengan berat badan sekurangnya 40 kilogram yang dirawat di rumah sakit karena infeksi virus corona.

RAKYATKU.COM - Penelitian besar yang dipimpin oleh Institut Kesehatan Nasional Amerika Serikat mendapati obat antivirus Remdesivir, buatan Gilead Sciences Inc, telah memangkas waktu pemulihan sebanyak lima hari dari rata-rata 15 hari menjadi 10 hari.

Perusahaan yang berbasis di California itu menyebut Remdesivir "Veklury".

Obat ini telah diizinkan untuk digunakan dalam keadaan darurat sejak musim semi, dan sekarang menjadi obat pertama yang sepenuhnya disetujui Badan Obat-obatan dan Pangan AS (Food and Drugs Administration/FDA) untuk mengobati Covid-19.

Baca Juga : Ayo Vaksin! Binda Sulsel Bersama Puskesmas Turikale Maros Gelar Vaksinasi Massal

Presiden AS, Donald Trump, mendapat pengobatan itu ketika ia didiagnosis awal bulan ini dengan penyakit yang disebabkan oleh virus corona.

Veklury disetujui untuk digunakan orang yang berusia setidaknya 12 tahun dengan berat badan sekurangnya 40 kilogram yang dirawat di rumah sakit karena infeksi virus corona.

Untuk pasien yang berusia di bawah 12 tahun, FDA masih mengizinkan penggunaan obat itu, dalam kasus tertentu berdasarkan otorisasi darurat sebelumnya.

Baca Juga : Kasus Covid-19 Indonesia Meningkat Lagi, Kini Total 6.080.451

Obat tersebut bekerja dengan menghambat zat yang digunakan virus untuk membuat salinan dirinya sendiri.

Tes ginjal dan hati tertentu diperlukan sebelum pasien mulai menggunakannya untuk memastikan aman digunakan dan untuk memantau kemungkinan efek samping.

Merek obat itu memperingatkan agar tidak menggunakannya bersama obat malaria hidroksiklorokuin, karena bisa menghambat keefektifannya.

Baca Juga : 12 Puskesmas Serentak Lakukan Vaksin ke Anak di Rujab Bupati Barru

"Kami sekarang cukup memahami dan seperangkat alat yang berkembang untuk membantu melawan Covid-19," kata pimpinan medis Gilead, Dr. Merdad Parsey, dalam sebuah pernyataan.

Parsey mengatakan obat tersebut disetujui atau diizinkan digunakan sementara di sekitar 50 negara.

Obat ini kontroversial, mengingat tidak ada penelitian yang menemukan bahwa obat ini meningkatkan kelangsungan hidup.

Baca Juga : Ini Hukum Vaksinasi COVID-19 Saat Menjalani Puasa Ramadan

Pekan lalu, sebuah penelitian besar yang dipimpin oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mendapati obat itu tidak membantu pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit, tetapi penelitian tersebut tidak memasukkan kelompok plasebo dan kurang ketat dibandingkan yang sebelumnya mendapatinya bermanfaat.

Pernyataan persetujuan FDA mencatat bahwa, selain penelitian yang dipimpin Institut Kesehatan Nasional (National Health Institute/NIH), dua penelitian lainnya menemukan bahwa obat itu bermanfaat.

Gilead mengenakan biaya $2.340 untuk perawatan bagi orang-orang yang ditanggung oleh program kesehatan pemerintah di Amerika dan negara maju lainnya, dan $3.120 untuk pasien dengan asuransi swasta. Jumlah yang harus di bayat pasien sendiri tergantung pafa asuransi, pendapatan dan faktor lainnya.

Baca Juga : Aturan Mudik Lebaran: Wajib Pakai Masker Tiga Lapis, Dilarang Teleponan

Sumber: VOA Indonesia

#vaksin corona #vaksin #Satgas Covid-19